Bagikan:

Petani: Pupuk Langka karena Alokasi Dikurangi

Kelompok petani dari Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) menduga kelangkaan pupuk bersubsidi di berbagai daerah disebabkan penurunan alokasi pupuk bersubsidi oleh pemerintah pada tahun ini. Jika hal ini terus berlangsung pada masa musim tanam, produksi tan

NASIONAL

Selasa, 14 Jan 2014 19:03 WIB

Petani: Pupuk Langka karena Alokasi Dikurangi

Petani, KTNA, Pupuk Langka, Alokasi

KBR68H, Jakarta - Kelompok petani dari Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) menduga kelangkaan pupuk bersubsidi di berbagai daerah disebabkan penurunan alokasi pupuk bersubsidi oleh pemerintah pada tahun ini. Jika hal ini terus berlangsung pada masa musim tanam, produksi tanaman pangan tahun ini diperkirakan akan terus menyusut.

Ketua Umum KTNA, Winarno Tohir mengatakan, selain langka, pupuk juga berharga mahal. Mahalnya pupuk ini disebabkan tingginya biaya produksi pupuk di dalam negeri. Karena itu, KTNA akan memeriksa penyebab kelangkaan pupuk yang hampir terjadi di seluruh sentra produksi pangan di Indonesia.

"Yang paling banyak karena produksi pangan terbanyak di Jawa, jadi paling banyak di Jawa. Tadi satu kabupaten Grobogan - Purwodadi itu kekurangannya 15 ribu ton. Jadi mulai dari Jember, sampai ke...hmm jadi hampir terjadi di semua Kabupaten. Mungkin besok lusa akan dapat jawaban dari teman-teman. Karena saya akan pooling ke seluruh kabupaten, 496 kabupaten ini, apa betul masalahnya di bupati . Tapi saya yakin bupati banyak yang memahami masalah pupuk. Jadi kalau baru 15 ini kami belum yakin," jelas Winarno kepada KBR68H.

Ketua Umum KTNA Winarno Tohir menambahkan, berkurangnya alokasi pupuk bersubsidi menyebabkan jatah pupuk bersubsidi di tiap daerah berkurang. Alokasi pupuk bersubsidi pada 2014 hanya sebesar 7,7 juta ton atau turun 830 ribu ton dibandingkan dengan alokasi 2013 dan turun 1,47 juta ton dibandingkan 2012. Sementara tahun ini, merupakan batas akhir dari pencapaian target swasembada pangan yang ditetapkan pemerintah.

Sejumlah petani di pelbagai daerah mengeluhkan kesulitan membeli pupuk bersubsidi. Ini jadi sebab, mereka menggunakan pupuk non subsidi yang lebih mahal, untuk mengejar musim tanam.

Editor: Anto Sidharta

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending