KBR68H, Jakarta - Lembaga Kajian Ekonomi Institute for Development of Economic and Finance (Indef) menilai alasan Pertamina menaikkan harga Elpiji 12 kilogram karena mengacu harga Aramco dari Arab Saudi sangat tidak tepat. Aramco merupakan perusahaan asal Arab yang lazim digunakan dalam perdagangan gas dan menjadi acuan negara-negara di dunia. Pengamat Ekonomi dari Indef, Sugiyono beralasan elpiji dibuat dari gas dalam negeri. Meski ada komponen impor, jumlahnya tidak besar. Karena itu Sugoyono mendesak Pertamina transparan dan menjelaskan kepada masyarakat berapa sesungguhnya harga pokok produksi elpiji 12 kilogram.
"Produk dari gas kita selain Elpiji dan BBG itu diekspor kan? dengan harga waktu itu dengan kontrak jangka panjang yang sangat murah dan belum mengikuti volatilitas dari perkembangan harga dunia. Kemudian itu banyak dipasok ke luar negeri. Pemerintah kita tidak punya nyali untuk memperbaiki itu sampai subkontrak itu bisa sesuai harga internasional. Sehingga ketika industri dan rumah tangga membutuhkan gas, maka harganya minta harga internasional padahal tidak, " Jelas Pengamat Ekonomi dari Indef, Sugiyono.
Kenaikan harga elpiji 12 kilogram awal tahun ini mengundang polemik di masyarakat. Pasalnya kenaikan harga begitu drastis yang sebelumnya harga di pengecer berkisar Rp 75 ribu sampai Rp 90 ribu per tabung, saat ini harganya mencapai Rp 122 ribu hingga Rp 140 ribu per tabung. Pertamina menaikkan harga elpiji 12 kilogram dengan alasan untuk mengurangi angka kerugian Rp 7,7 triliun dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.
Editor: Rony Sitanggang