KBR68H, Jakarta - Aksi kekerasan yang dilakukan Detasemen Khusus 88 Antiteror dalam menangkap terduga teroris di Poso, Sulawesi Tengah dinilai menjadi pemicu solidaritas para teroris.
Ketua Komisi Pemantauan dan Penyelidikan Komnas HAM, Siane Indriani mengatakan, Densus 88 kerap menembak mati terduga teroris serta melakukan kekerasan terhadap sejumlah korban salah tangkap yang sebelumnya diduga teroris.
Kondisi ini menimbulkan perasaan waswas masyarakat di wilayah itu.
"Perilaku yang dilakukan oleh Densus Antiteror ini sangat berlebihan, represif dan membuat masyarakat menjadi ketakutan. Kita menyimpulkan, dalam penanganan tindak pidana terorisme di Poso saat ini terdapat dugaan kuat bahwa penembakan lapis secara tidak prosedural terhadap terduga terorisme dan sejumlah kekerasan pada korban salah tangkap," kata Siane Indriani.
Ketua Komisi Pemantauan dan Penyelidikan Komnas HAM, Siane Indriani mendesak pemerintah mengevaluasi kinerja Densus 88.
Komnas HAM juga meminta agar pemerintah tidak menggunakan Poso sebagai kelinci percobaan untuk menggolkan Rancangan Undang-Undang Keamanan Nasional dan Instruksi Presiden tentang Keamanan Nasional.
Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror pada pekan lalu menangkap 11 terduga teroris yakni enam orang di Makassar dan lima orang di Dompu, NTB. Dari 11 itu, tujuh diantaranya tewas ditembak anggota Densus.