Bagikan:

ADVERTORIAL

Tetap Aman dan Imun di Tengah Pandemi COVID-19

Kita harus tetap berfikir positif bahwa setiap penyakit itu ada obatnya. Bahwa setiap pandemi itu pasti ada akhirnya.

KABAR BISNIS

Senin, 05 Okt 2020 18:30 WIB

Tetap Aman dan Imun di Tengah Pandemi COVID-19

Berbicara tentang imun, situasi seperti ini gampang sekali memudahkan kita untuk stress. Sebetulnya apa sih imunitas itu sendiri? Bertempat di Media Center Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Graha BNPB, dr. Ekasakti Octohariyanto, MPdKed, Sekretaris Tim Mitigasi Dokter dalam Pandemi Covid-19 PB IDI, serta Muhammad Chalid, S.Psi., M.M.Psikolog, Team Leader SAHABATKU bicara lebih dalam tentang imunitas tubuh dilihat dari sudut fisik dan psikis.

dr. Ekasakti Octohariyanto, MPdKed, Sekretaris Tim Mitigasi Dokter dalam Pandemi Covid-19 PB IDI, mengatakan, ā€¯Bicara tentang pandemi, kita ada host, agent dan environment. Host itu adalah pasien yang sangat berperan. Di luar itu ada lagi agent, virusnya, dan environment. Environment contohnya seperti tadi kita sudah hand sanitizer atau cuci tangan, disinfeksi semua ruangan itu adalah bagian dari environment. Kemudian yang disebut agent atau virusnya. Virusnya itu bisa banyak dan menyebar ke luar. Di situlah pentingnya kita untuk menjaga jarak."

Menurut dr Eka, yang paling penting dari 3M itu sebenarnya adalah memakai masker, karena kita mengetahui bagaimana kondisi kita sebenarnya. Kalau kita sehat, kadar agent dan kadar environment-nya akan sedikit mempengaruhi kondisi kita. Tapi kalau kondisi kita sakit dan imunitas kita menurun, kita stress, aktivitas kita berkurang, itu akan memudahkan agent dan environment mempengaruhi kondisi fisik kita. Dalam covid-19 itu orang yang sehat, tanpa gejala apapun, bisa terinfeksi.

Imunitas juga ternyata dipengaruhi kondisi psikis seseorang. Menurut Muhammad Chalid, S.Psi., M.M.Psikolog, Team Leader SAHABATKU, karena kerja beban fikiran kita itu dipengaruhi terus menerus dengan hal-hal yang tidak pernah terpecahkan, pada saat masalah itu menumpuk otomatis daya tahan tubuh juga makin berkurang. Kerja psikisnya yang banyak, kurang waktu tidur dan pola makan tidak teratur juga sangat berpengaruh terhadap daya tahan tubuh kita.

Menurut Dr Eka, sebenarnya tubuh kita ini adalah konstruksi yang cerdas. Tanpa mengkonsumsi vitamin pun, jika kita melakukan aktivitas yang sesuai, misalnya olahraga minimal 3 kali dalam seminggu durasi 30 menit, ada peningkatan denyut nadi. Kita harus tetap berolahraga dan makan makanan yang benar, karena itu akan mempengaruhi metabolisma tubuh.

Makanan yang dikonsumsi dengan baik tentu juga harus disesuaikan dengan usia. Tidak perlu karbohidrat yang terlalu banyak, yangn penting protein yang cukup dan lemak. Tapi bukan lemak gorengan yang penuh lemak tak jenuh. Kalau perlu ditambah susu atau vitamin sebagai asupan suplemen.

Dr Eka selalu mengajak dan mengingatkan para pasien untuk tetap berfikir positif. Bagaimana caranya agar kita tetap sehat. Protokol yang sekarang adalah isolasi mandiri 10 hari di rumah. Tapi 10 hari di rumah itu tetap ada dokter yang bertanggung jawab. Misalnya dokter dekat rumah atau puskesmas setempat. Makanya kita selalu berkoordinasi dengan RT/RW atau puskesmas biar pasien isolasi mendapatkan vitamin, dan juga bisa dipantau jika terjadi penurunan kondisi kesehatan.

Sementara, untuk menjaga kondisi kita secara psikis jika kita sudah dinyatakan positif terinfeksi covid-19, Chalid memberikan beberapa saran. Hal yang paling utama dibutuhkan dalam menjada kondisi psikis pasien adalah dukungan penuh dari keluarga inti. Keyakinan bahwa penyakit ini akan segera mengambil nyawanya harus dihilangkan dengan diberikan dukungan dari keluarga dan lingkungan. Ketika dia sudah memasuki masa isolasi sebaiknya tidak dibiarkan sendiri, tapi terus didampingi untuk tetap bisa beraktivitas di masa isolasi tersebut. Komunikasi antara pasien dan keluarga harus semakin intens.

Yang punya riwayat penyakit tertentu, atau penyakit penyerta lainnya, pasien biasanya sudah lebih aware, karena mereka sudah biasa beraktivitas ketika penyakit itu menjangkitinya. Misalnya yang punya penyakit gula atau jantung. Dia akan beraktivitas sesuai porsinya, misalnya senam kencing manis dan senam jantung. Makan pun porsinya akan mereka sesuaikan. Karena dia tahu punya penyakit penyerta, dia akan lebih hati-hati dengan penyakitnya.

Sikap yang perlu dilakukan menghadapi pandemi ini dengan baik, menurut Chalid adalah yang pertama kita harus berempati terhadap virus covid-19 ini. Karena virus ini menyerang seluruh kalangan masyarakat di dunia. Sebisa mungkin kita mengurangi stigma negatif terhadap pasien covid-19. Kita juga perlu membatasi diri dari paparan media massa dan media sosial terkait virus covid-19 ini.

Optimis menghadapi pandemi, menurut Dr Eka, jadilah garda terdepan dari orang-orang yang mencuci tangan, menjaga jarak, dan yang paling mudah adalah memakai masker. Tegur orang di sekitar kita jika tidak menerapkan protokol kesehatan dengan baik. Dengan banyak melakukan tindakan promotif dan tindakan preventif, kita bisa melalui pandemi ini dengan baik. Tenaga kesehatan terlindungi, masyarakat kesehatannya pun terjamin.

(Redaksi KBR mengajak untuk bersama melawan virus Covid-19. Selalu menerapkan protokol kesehatan dalam setiap kegiatan dengan 3M, yakni; Memakai masker, Mencuci tangan, dan Menjaga jarak.)

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending