Bagikan:

Diwarnai Selisih AS-Tiongkok, Konferensi Perubahan Iklim Disepakati

Meski ada selisih paham antara Tiongkok dan Amerika Serikat, perundingan PBB tentang perubahan iklim di Lima, Peru, berhasil disepakati. Dua negara industri penghasil emisi terbesar ini saling berdebat soal pihak yang paling bertanggung jawab terhadap dam

INTERNASIONAL

Senin, 15 Des 2014 09:30 WIB

Author

Eva Mazrieva

Diwarnai Selisih AS-Tiongkok, Konferensi Perubahan Iklim Disepakati

Konferensi Perubahan Iklim

KBR - Meski ada selisih paham antara Tiongkok dan Amerika Serikat, perundingan PBB tentang perubahan iklim di Lima, Peru, berhasil disepakati. Dua negara industri penghasil emisi terbesar ini saling berdebat soal pihak yang paling bertanggung jawab terhadap dampak perubahan iklim.

Sebelumnya perundingan perubahan iklim terancam gagal karena perbedaan pendapat antara Tiongkok dengan Amerika Serikat. Tiongkok mengatakan draft teks terlalu banyak membebankan negara miskin untuk membatasi emisi gas rumah kaca dibandingkan dengan negara-negara kaya. Padahal, negara kaya sudah membakar bahan bakar fosil lebih dulu dan paling banyak.

Rancangan akhir terlihat meringankan negara-negara berkembang dengan istilah “negara-negara punya kesamaan tetapi dibedakan tanggungjawabnya untuk menangani pemanasan global”.

Perjanjian Lima diadopsi beberapa jam setelah rancangan perjanjian sebelumnya ditolak oleh negara-negara berkembang yang menuduh negara maju lalai menjalankan kewajiban mereka untuk mengatasi pemanasan global, dan mereka harus membayar kerugian akibat hal itu.

Negara-negara itu menyerahkan rencana aksi nasionalnya dalam menanggulangi perubahan iklim untuk dipertimbangkan dalam konferensi di Paris, Desember tahun depan.

Sekjen PBB Ban Ki-Moon mengatakan perjanjian perubahan iklim global yang dicapai di Peru hari Minggu (14/12) memberi kesempatan tercapainya perjanjian yang “universal dan berarti” tahun depan. Ban Ki-Moon mengatakan negara-negara maju dunia perlu menyampaikan “komitmen nasional yang ambisius” untuk mengontrol polusi menjelang pertemuan di Paris. Perjanjian Paris dipersiapkan untuk menggantikan Protokol Kyoto – perjanjian global yang memangkas emisi gas rumah kaca – yang sudah berakhir tahun 2012.

Gas rumah kaca dinilai menyebabkan kenaikan suhu dunia. Para ilmuwan memperingatkan kemungkinan kekeringan yang lebih ekstrim banjir dan naiknya permukaan laut terus terjadi kecuali jika emisi gas rumah kaca dikurangi. (VOA)

Editor: Anto Sidharta

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending