KBR, Oslo - Oksana Brovko tampak menarik nafas sebelum mulai menerangkan apa yang tampak di layar presentasinya, pada Newsroom Summit 2023 di Oslo, Norwegia (24/10/2023) lalu.
Oksana adalah Ketua Asosiasi Media Independen Regional di Ukraina, yang beranggotakan media cetak dan siber regional. Di luar, suhu kota Oslo cukup menggigit di angka 5-7 derajat Celcius, namun di dalam ruangan ini semua mata berkonsentrasi menyimak presentasi Oksana berjudul “Mengadaptasi konten media digital di tengah perang”.
Di layar terlihat tulisan satu baris dengan latar belakang warna hitam: “Democracy dies in the darkness”. Demokrasi mati dalam kegelapan.
Tak lama, layar presentasi Oksana memperlihatkan gambar-gambar dampak serangan Rusia ke Ukraina. Ada foto pemimpin redaksi koran lokal di Ukraina, bersandingan dengan foto kantor mereka sebelum dan setelah kena serangan bom. Ada lagi gambar yang memperlihatkan rumah salah satu editor Ukraina yang rusak terkena bom. Di tayangan berikutnya, Oksana memperlihatkan bagaimana jurnalis Ukraina harus bekerja dari ruang bawah tanah (rubanah) demi terhindar dari serangan misil.
"Saya lelah, tapi saya masih percaya ada kemenangan di ujung sana. Kami paham kami tidak bisa mengubah arah serangan misil, tapi saya hanya bisa berkonsentrasi pada langkah-langkah nyata dan melakukannya sebaik mungkin," kata Oksana kepada Pemimpin Redaksi KBR, Citra Dyah Prastuti, yang berada di acara yang sama di Oslo.
Dua puluh bulan
Pada 24 Februari 2022, Rusia menyerbu Ukraina. Invasi ini memaksa sepertiga penduduk Ukraina berpindah dan 7 juta orang Ukraina meninggalkan negaranya.
Salah satu mengungsi lebih awal adalah Oksana dan keluarganya. Sejak sebulan sebelum invasi, Oksana mulai mendapat sejumlah informasi yang membuat dia segera memutuskan untuk meninggalkan kotanya, Kyiv.
"Saya sangat yakin saat itu kalau invasi besar-besaran segera mulai. Karena itu saya segera memesan kamar hotel untuk keluarga saya di sebelah barat Ukraina, dekat perbatasan dengan Polandia. Saya khawatir dengan keselamatan anak-anak saya yang masih kecil," cerita Oksana sembari menyebut tiga anaknya masih berusia 5, 6 dan 8 tahun.
"Beberapa kolega kami tinggal di kota yang berbeda sejak pandemi Covid. Tapi saat itu tidak terlalu stres. Kami tidak siap dengan serangan misil dan situasi ini sangat menekan bagi kami."
Meski begitu banyak jurnalis Ukraina yang tidak bisa meninggalkan kota mereka yang diserang Rusia. Untuk itu, mereka harus bertahan dan terus bekerja mewartakan apa yang terjadi di negaranya-termasuk dari rubanah.
“Itu bukan rubanah pada umumnya. Itu sebetulnya sebuah tempat parkir kendaraan. Di bulan Februari, Maret, suhu bisa mencapai -8 derajat Celcius. Kami pakai selimut medis serta radio komunikasi untuk saling terhubung satu sama lain karena sambungan telfon seluler sangat buruk. Dan setiap kali alarm berbunyi, itu artinya ada serangan misil. Dan kami harus membangunkan semua orang dan memindahkan mereka ke bunker.”

Jurnalis KBR Citra Prastuti mewawancara jurnalis Ukraina Oksana Brovko di Oslo Norwegia (24/10/2023). (Foto: Umi Kalsum)
Oksana masih ingat periode awal ketika invasi Rusia terjadi.
“Kami tidak punya rompi antipeluru, helm atau peralatan medis. Saya mengerahkan seluruh jaringan saya dari berbagai organisasi media, di berbagai negara, untuk mendapatkan semua itu,” cerita Oksana.
Bertahan hidup
"Pendapatan kami saat itu nol. Namun siapa pun yang bisa meneruskan bekerja, mereka tetap bekerja," cerita Oksana mengingat masa-masa awal invasi Rusia ke Ukraina.
Situasi sangat berat bagi jurnalis dan media di Ukraina.
"Pada musim dingin lalu, Rusia merusak semua pembangkit tenaga listrik, sehingga kami harus hidup tanpa listrik. Jika kamu tak punya listrik, maka kamu tak punya pemanas di kamar. Dan artinya kamu juga tidak punya air di kamar, karena air tidak bisa mengalir. Jadi tak ada listrik, pemanas, air, juga internet. Bagaimana kami harus bertahan hidup?"
Di tahun kedua invasi Rusia, kondisi mulai membaik bagi bisnis media karena pebisnis lokal yang menjadi sumber utama pemasukan bagi media, mulai bisa membangun kembali bisnis mereka di tempat baru.
"Pendapatan media regional berasal dari pengiklan regional juga. Seiring invasi, banyak orang yang meninggalkan Ukraina, menjadi pengungsi di negara lain, lantas membuka usaha di tempat baru. Jadi bisnis media bisa bertahan hidup dari situ," jelas Oksana.
Salah satu pengeluaran terbesar yang harus dilakukan media adalah untuk starlinks.
"Ini adalah perangkat khusus yang diciptakan Elon Musk untuk mendapatkan internet lewat satelit," kata Oksana.
Elon Musk, yang dikenal sebagai pemilik X (dulu Twitter), juga pemilik perusahaan SpaceX yang mengembangkan proyek Starlink. Starlink menawarkan lebih dari dua ribu satelit fungsional yang menawarkan layanan di 32 negara seluruh dunia, dan menyediakan sistem komunikasi internet berbasis satelit.
Perubahan konten media
Invasi Rusia ke Ukraina juga membuat media Ukraina mengubah isi konten mereka sehingga lebih sesuai kebutuhan para pembaca mereka.
"Konten kami berubah besar-besaran. Sekarang kami menulis soal cara menemukan air bersih. Atau soal rute evakuasi; karena kamu membutuhkan infromasi itu jika akan menjemput anak-anakmu dari sekolah. Kami juga membuat artikel berisi edukasi kesehatan untuk para lansia, karena mereka butuh dukungan medis. Ini jadi isu besar di sini, soal bagaimana kita bisa membantu mereka evakuasi," kata Oksana.
"Artikel lain yang juga kami tulis sekarang adalah cara memasak tanpa listrik dan gas. Atau cara memperbaiki jendela. Kita punya problem besar soal itu di sini."
Bangkit kembali
Oksana menjadi Ketua Asosiasi Media Independen Regional di Ukraina selama lebih dari 15 tahun. Sejak awal, fokus Asosiasi adalah membantu media regional Ukraina untuk berhasil dan independen, sekaligus menjaga kebebasan pers di sana. Namun fokus sontak berubah begitu invasi terjadi.
"Begitu invasi terjadi, ini soal bertahan hidup. Kami mengumpulkan rompi antipeluru, helm, peralatan medis, kantong tidur, radio komunikasi dan lainnya untuk dibagikan ke media-media regional di Ukraina," kenang Oksana.
Di tahun kedua invasi, media Ukraina mulai mencari strategi baru bertahan hidup: bagaimana membantu pengembangan pasar media di tingkat lokal serta membangun masa depan pasca invasi.
"Kita harus mempersiapkan masa depan. Dan kami percaya pada media yang independen dan model bisnis yang independen juga."
Oksana mengatakan, Asosiasi ingin supaya media lokal di Ukraina tidak bergantung pada donor maupun bantuan finansial lainnya, namun bisa mendapatkan untung dan tetap independen.
“Kami ingin melakukan yang terbaik di sini.”
Sejak pertengahan tahun lalu, Asosiasi Media Independen Regional di Ukraina meluncurkan dana asuransi bagi jurnalis yang ada di garda terdepan.
Menurut Oksana, mereka juga tengah menaruh banyak perhatian untuk mengembangkan kapasitas investigasi bagi jurnalis regional untuk bisa memantau isu korupsi selama invasi terjadi.
“Kami adalah media lokal dan kami harus bisa mengontrol isu ini, sekaligus memastikan semuanya bersih dan tidak ada yang masuk ke kantong pribadi. Ini tantangan kerja yang kami hadapi saat ini.”
Baca juga:
- Deklarasi KTT G20 soal Perang Rusia-Ukraina Berjalan Alot
- Perekonomian Global, Jokowi: Dunia Makin Tidak Jelas
Editor: Agus Luqman