Bagikan:

Survei: Mesir, Negara Arab Terburuk untuk Perempuan

KBR68H- Pelecehan seksual, tingginya jumlah sunat perempuan dan lonjakan kekerasan telah membuat Mesir menjadi negara terburuk di Arab untuk perempuan. Selain itu, penegakan hukum yang diskriminatif dan lonjakan perdagangan perempuan memberikan kontribusi

INTERNASIONAL

Rabu, 13 Nov 2013 18:34 WIB

Survei: Mesir, Negara Arab Terburuk untuk Perempuan

mesir, perempuan, surveil, negara arab

KBR68H- Pelecehan seksual, tingginya jumlah sunat perempuan dan lonjakan kekerasan telah membuat Mesir menjadi negara terburuk di Arab untuk perempuan. Selain itu, penegakan hukum yang diskriminatif dan tingginya angka perdagangan perempuan memberikan kontribusi buruknya negara ini memperlakukan perempuan. Demikian hasil survei yang digelar oleh Thomson Reuters Foundation terhadap  336 ahli gender di 21 negara Liga Arab, termasuk Suriah.

Jajak pendapat ini mencakup soal kekerasan terhadap perempuan, hak reproduksi, perlakuan terhadap perempuan dalam keluarga, integrasi mereka ke dalam masyarakat dan sikap terhadap peran perempuan dalam politik dan ekonomi.

Pertanyaan didasarkan pada ketentuan Konvensi PBB untuk Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan ( CEDAW ), di mana  19 negara Arab telah menandatangani atau meratifikasi konvensi tersebut.

Para ahli diminta untuk merespon pernyataan dan tingkat pentingnya faktor yang mempengaruhi hak-hak perempuan di enam kategori tersebut. Tanggapan mereka diubah menjadi skor untuk kemudian dianalisa.

Irak menduduki peringkat terburuk kedua setelah Mesir , diikuti oleh Arab Saudi , Suriah dan Yaman. Sementara Kepulauan Comoro, dimana perempuan menempati 20% posisi kementerian  menduduki peringkat terbaik untuk perempuan, diikuti oleh Oman, Kuwait, Yordania dan Qatar. 

Perempuan memainkan peran sentral dalam revolusi negara itu tetapi para aktivis mengatakan meningkatnya pengaruh Islam, dengan terpilihnya pemimpin Ikhwanul Muslimin, Muhammad Mursi sebagai presiden menjadi kemunduran besar bagi hak-hak perempuan.

Mursi digulingkan dalam kudeta militer pada bulan Juli setelah protes massal, tapi harapan untuk kebebasan yang lebih besar untuk perempuan justru tak terwujud. Sebuah laporan PBB pada April mengatakan 99,3 persen perempuan dan anak perempuan mengalami pelecehan seksual di Mesir.

Sementara, Human Rights Watch melaporkan bahwa 91 perempuan diperkosa atau diserang secara seksual di depan Tahrir Square pada bulan Juni saat protes anti - Mursi memanas.

"Penerimaan sosial pelecehan seksual sehari-hari mempengaruhi setiap perempuan di Mesir tanpa memandang usia , profesi atau latar belakang sosial-ekonomi, status perkawinan, pakaian atau perilaku,"kata Noora Flinkman , manajer komunikasi HarassMap , sebuah kelompok HAM berbasis di Kairo yang aktif berkampanye melawan pelecehan.

"Ini membatasi partisipasi perempuan dalam kehidupan publik. Ini mempengaruhi keselamatan dan keamanan mereka, perasaan dihargai, rasa percaya diri dan kesehatan,"tambahnya.

Responden juga mengutip tingginya tingkat kawin paksa dan perdagangan perempuan.

" Ada seluruh desa di pinggiran Kairo dan di tempat lain di mana sebagian besar kegiatan ekonomi didasarkan pada perdagangan perempuan dan kawin paksa,"kata Zahra Radwan, Program officer untuk Global Fund for Women kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara. (A-Arabiya)

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending