KBR68H, Warsawa - Memasuki hari terakhir, perundingan iklim di Warsawa, Polandia menemui jalan buntu. Sejumlah isu krusial seperti masalah pendanaan, peningkatkan target penurunan emisi negara-negara maju pasca 2020, juga mekanisme "Loss and Damage" tak kunjung disepakati. Sejumlah perundingan termasuk pembahasan komitmen penurunan emisi gas rumah kaca periode kedua pasca Kyoto Protokol pun ditunda untuk sementara.
Sejumlah kalangan yang turut memantau situasi menyatakan khawatir dengan perundingan nasib Bumi di Warsawa Polandia. Direktur Strategis dan Kebijakan Persatuan Peneliti Peduli Perubahan Iklim (Union of Concerned Scientists ), Alden Meyer mengatakan, Amerika Serikat dan Uni Eropa mestinya bisa berkompromi dengan tuntutan negara-negara berkembang dan miskin.
"Itulah yang kita akan berjuang selama lebih dari 24 jam ke depan," ujar Alden Meyer kepada KBR68H.
Alden Meyer menambahkan, sudah waktunya bagi negara-negara maju untuk menyediakan dana 100 miliar Dollar Amerika Serikat atau sekitar Rp 1,169 triliun untuk membantu negara-negara berkembang mengatasi dampak perubahan iklim.
Selain soal dana tersebut, munculnya proposal mengenai mekanisme "Loss and Damage" (Mekanisme Ganti Kerugian dan Kerusakan ) juga menjadi penyebab buntunya negosiasi iklim di Warsawa. Negara-negara berkembang yang tergabung dalam kelompok G-77 menghendaki mekanisme itu dikelola oleh badan baru yang otonom, diluar Badan Adaptasi. Tapi usulan itu ditentang Amerika Serikat dan Uni Eropa. Sampai laporan ini disampaikan waktu Warsawa, perundingan mengenai iklim masih terus berlangsung.
Editor: Damar Fery Ardiyan