Bagikan:

Perempuan Kurdi di Suriah Ikut Angkat Senjata Melawan Muslim Radikal

KBR68H, Washington - Di pinggiran kota Derik, Kurdi, dekat perbatasan Irak, papan iklan besar menampilkan foto-foto lebih dari 300 prajurit Kurdi yang tewas dalam beberapa bulan terakhir di Suriah timur laut berjuang melawan jihadis.

INTERNASIONAL

Rabu, 27 Nov 2013 07:34 WIB

Author

Yoni Puspadi

Perempuan Kurdi di Suriah Ikut Angkat Senjata Melawan Muslim Radikal

perempuan, kurdi suriah, angkat senjata

KBR68H, Washington - Di pinggiran kota Derik,  Kurdi, dekat perbatasan Irak, papan iklan besar menampilkan foto-foto lebih dari 300 prajurit Kurdi yang tewas dalam beberapa bulan terakhir di Suriah timur laut berjuang melawan jihadis. Di sudut kiri atas, 13 dari foto-foto itu adalah perempuan.

Menurut analisis, tidak ada kelompok etnis atau agama lain dalam perang saudara dua setengah tahun yang brutal di Suriah itu yang menerjunkan begitu banyak pejuang perempuan. 20 persen prajurit Kurdi, yang tergabung dalam Unit-Unit Perlindungan Rakyat, atau YPG, adalah perempuan.

Perempuan Kurdi - dalam jumlah yang semakin banyak - bergabung dalam unit-unit keamanan dalam negeri dan polisi yang bertugas menjaga hukum dan ketertiban, menjaga pos-pos pemeriksaan dan bangunan-bangunan strategis dari jihadis dan Muslim radikal.

Jameila Abbas, usia 27 tahun, adalah satu dari 50 anggota unit keamanan dalam negeri di Qamishli, kota terbesar di Kurdistan Suriah. Ia mengungkapkan, ketika mendaftar dua tahun lalu banyak laki-laki - bahkan beberapa perempuan - mengejek perempuan ikut dalam pasukan keamanan.

Jameila mengatakan ia memperkirakan orang akan mengatakan hal-hal buruk tentangnya, tetapi ia tidak peduli karena ia menyenangi pekerjaannya. Tetapi perempuan-perempuan itu mampu mengubah pendapat orang sehingga orang menghormati mereka."

Usia perempuan dalam Unit Jameila antara 18 dan 40 tahun. Tiga orang sudah menikah, dan komandannya adalah ibu dari dua anak laki-laki dan seorang anak perempuan.

Menurut Jameila, ia bergabung untuk ikut mempertahankan Kurdistan Suriah dan siap melawan tentara Suriah jika mereka kembali lagi setelah ditarik Presiden Suriah Bashar al-Assad pada awal konflik. Tetapi ia juga ingin mengubah pandangan masyarakat tentang peran perempuan dalam masyarakat Kurdi dan Suriah.

Jameila mengatakan ia tidak hanya mencintai dan ingin melindungi negaranya tetapi juga ingin membebaskan perempuan di negaranya.

Nagbeer, usia 20 tahun, bergabung dalam unit enam polisi perempuan yang dibentuk dewan Qamishli, satuan perempuan polisi kota pertama yang resmi dibentuk di Suriah. Ia juga mengatakan ingin menantang anggapan tradisional bahwa perempuan lemah. Sebelum konflik di Suriah, ia tidak pernah bermimpi menjadi perwira polisi. (VOA)

Editor: Doddy Rosadi

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending