KBR68H, Warsawa Polandia – Kementerian Lingkungan Hidup menyatakan akan terus memutakhirkan data kerentanan wilayah. Upaya ini akan terus dilakukan agar upaya adaptasi bisa dilakukan, mengingat frekuensi bencana terkait iklim dan cuaca makin sering terjadi.
Asisten Deputi untuk Adaptasi Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup Sri Tantri Arundathi mengatakan hal ini dalam seminar bertema, “Adaptasi Perubahan Iklim: Waktunya Beraksi!” yang juga dihadiri Reporter KBR68H Irvan Imamsyah di Warsawa Polandia (18/11).
Tantri menjelaskan, untuk memutakhirkan data tersebut, Kementerian Lingkungan Hidup bekerjasama dengan Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). “Perubahan Iklim sudah terjadi, di Indonesia bencana selalu terkait dengan perubahan iklim. Ini berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan oleh Badan Bencana.”
Menurut data milik pemerintah; kejadian badai tropis terus meningkat sebanyak 28 kali dalam sepuluh tahun terakhir dimana dari jumlah itu merupakan 14 persen dari total kejadian bencana yang terjadi di Indonesia. Sementara pada 2011,terdapat 285 kejadian bencana dengan jumlah angka tewas mencapai 21 jiwa. Dari total kejadian itu 9081 lebih orang mengungsi dan sebanyak 13.684 rumah rusak.
Untuk mengurangi dampak bencana tambah Tanri, pemerintah mengupayakan aksi adaptasi di seluruh wilayah Indonesia. Mulai dari sekolah lapangan iklim, sumur resapan, dan juga mengapresiasi aksi adaptasi dan mitigasi yang dilakukan komunitas masyarakat di pelbagai daerah (Program Kampung Pro Iklim – PROKLIM ).
Adaptasi Urusan Pemerintah
Pemerintah memastikan akan terus melaksanakan kegiatan adaptasi di pelbagai wilayah Indonesia. Menurut Deputi Bappenas bidang Lingkungan dan Sumber Daya Alam Endah Murniningtyas mengatakan pemerintah Indonesia akan terus melakukan upaya adaptasi meski dana adaptasi global belum siap.
“Tak bisa kalau tak ada uang terus pemerintah diam tak melakukan aksi adaptasi. Karena itu kita akan terus mendokumentasikan kegiatan adaptasi di pelbagai daerah agar cerita sukses adaptasi bisa diketahui publik,” jelas Endah Murniningtyas.
Menurut dia, adaptasi juga perlu diupayakan dengan bahasa yang sederhana agar masyarakat bisa terbantu. Upaya adaptasi lain yang dilakukan pemerintah jelas Endah yakni menambah jumlah stasiun pemantau cuaca BMKG di berbagai daerah. Dengan bertambahnya jumlah stasiun pemantau cuaca, data cuaca yang disebarluaskan BMKG akan semakin akurat dan bersifat lokal.
Editor: Pebriansyah Ariefana