KBR68H, Washington - Program Bersama PBB Untuk HIV-AIDS atau UNAIDS mengatakan setiap jam 50 remaja perempuan baru terinfeksi HIV. Banyak diantara infeksi tersebut diakibatkan oleh aksi kekerasan.
“Banyak aksi kekerasan berdasarkan gender terkait masalah seksual. Begitu banyak data saat ini yang menunjukkan bahwa sebagian besar aksi kekerasan terhadap perempuan terjadi dalam konteks kekerasan oleh pasangan intim mereka yaitu kekerasan dalam rumah tangga. Dan dalam banyak hal itu terjadi dalam hubungan seks yang tidak dikehendaki – istilah lain untuk perkosaan,”kata Dr. Mariangela Simao, Direktur UNAIDS Bidang HAM – Gender – Pencegahan dan Mobilitasi.
Dr. Mariangela Simao mengatakan aksi kekerasan berdasarkan gender ini sangat terkait dengan HIV-AIDS.
“Di beberapa negara dimana terdapat tingkat prevalensi tinggi, tampak bahwa perempuan yang menjadi subyek aksi kekerasan oleh pasangan intimnya – atau kekerasan seksual – 50% lebih kemungkinan tertular HIV positif dibanding perempuan lain. Ketidaksetaraan gender dan kesenjangan gender atau tidak memberi hak kepada perempuan untuk berunding – misalnya untuk melakukan hubungan seks yang aman. Contohnya jika perempuan menilai pasangan mereka telah berselingkuh, mereka tidak berani meminta pasangan mereka itu untuk menggunakan kondom,”katanya.
Dr. Mariangela Simao mengatakan banyak pekerja seks yang juga kerap menjadi korban kekerasan dan tidak bisa melakukan hubungan seks secara aman.
“Ada laporan global terbaru WHO yang menunjukkan bahwa satu dari setiap tiga perempuan mengalami kekerasan fisik atau seksual oleh pasangan mereka selama hidup. Satu dari tiga perempuan! Jadi ini bukan masalah di satu negara atau daerah saja. Ini masalah global,”jelasnya.
Organisasi Kesehatan Dunia WHO juga melaporkan hingga 45% remaja perempuan di dunia mengatakan pengalaman seksual pertama mereka dilakukan karena terpaksa. Aksi kekerasan terhadap perempuan juga mencakup pemaksaan aborsi dan pemaksaan sterilisasi.
Pejabat UNAIDS mengatakan kekerasan seksual atau kekerasan berdasarkan gender kerap terjadi dengan berkedok budaya atau tradisi.
“Hak kaum perempuan untuk hidup bebas dari aksi kekerasan dan ketidaksetaraan adalah hak asasi. Ini seharusnya tidak dibatasi oleh budaya dan norma yang tidak adil,”ungkapnya.
Dr. Mariangela Simao menambahkan pemberdayaan perempuan akan membantu mengakhiri aksi kekerasan. Ini diawali dengan anak perempuan lewat pendidikan dan kesadaran akan hak-hak mereka. Tetapi ia juga mengatakan laki-laki harus memainkan peranan penting untuk menyelesaikan masalah ini.
“Itu merupakan aspek lain karena ini bukan perjuangan feminis. Kita seharusnya berjuang demi keadilan sosial demi masyarakat yang lebih baik. Kesetaraan gender adalah hal penting demi masyarakat yang lebih baik,”tandasnya. (VOA)
Editor: Doddy Rosadi
45 Persen Perempuan di Dunia Melakukan Seks Pertama Kali karena Paksaan
KBR68H, Washington - Program Bersama PBB Untuk HIV-AIDS atau UNAIDS mengatakan setiap jam 50 remaja perempuan baru terinfeksi HIV. Banyak diantara infeksi tersebut diakibatkan oleh aksi kekerasan.

INTERNASIONAL
Selasa, 26 Nov 2013 08:34 WIB


kekerasan, perempuan, who
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai