Bagikan:

Warga Amerika Keturunan Asia di Los Angeles Hidup Miskin

KBR68H, Washington - Semakin banyak warga Amerika keturunan Asia yang menetap di distrik Los Angles di California dibandingkan tempat-tempat lainnya di Amerika.

INTERNASIONAL

Kamis, 17 Okt 2013 07:35 WIB

Author

Eva Mazrieva

Warga Amerika Keturunan Asia di Los Angeles Hidup Miskin

warga amerika, keturunan asia, los angeles, hidup miskin

KBR68H, Washington - Semakin banyak warga Amerika keturunan Asia yang menetap di distrik Los Angles di California dibandingkan tempat-tempat lainnya di Amerika. Sebuah laporan terbaru dari organisasi Asian American Advancing Justice di LA menemukan bahwa, dari tahun 2000 hingga 2010, warga Asia Amerika di distrik LA semakin menjadi kelompok etnis yang paling cepat berkembang.

Laporan ini juga menemukan bahwa jumlah orang Amerika keturunan Asia dan Kepulauan Pasifik di LA yang menganggur dan hidup miskin terus bertambah.

Perjuangan komunitas imigran di distrik Los Angeles seperti ini umumnyatidak terlihat oleh warga Amerika.

Tetapi banyak warga di sini yang pada kenyataannya tidak sesuai dengan gambaran umum tentang kesuksesan dan kemudahan orang-orang asal asia untuk berasimilasi, kata analisstudiKristin Sakaguchi.

“Banyak komunitas ini terpinggirkan dan tidak diperhatikan,”ujarnya.

Sebuah laporan terbarumenemukan 11 persen orang Asia Amerika di distrik LA hidup dalam kemiskinan, namun jumlahnya lebih tinggi dalam beberapa komunitas–misalnya dalam komunitas Kamboja Amerika jumlahnya 25 persen.

Banyak yang tidak berpendidikan dan bekerja sebagai petani atau nelayan sebelum datang ke Amerika, kata LianCheun, dari organisasi Khmer Girls in Action, yang membantu siswa-siswi Kamboja di SMA Amerika.

“Sangat ditabukan untuk merasa kita masih hidup dalam kemiskinan mengingat kini kita sudahmenetap di luar Kamboja.Dan orang-orang tidak suka membicarakannya secara umum,”jelasnya.

Banyak orang Kamboja datang ke Amerika sebagai pengungsi.

“Kami memiliki sejarah perang dan genosida di Kamboja, dan beberapa anggota masyarakat kami memiliki tingkat gangguan trauma paska kekerasan tertinggi, lebih tinggi dibandingkan veteran perang di Amerika,”ungkapnya.

SokbranyYourkadalahsiswa SMA keturuanKamboja di Amerika.Ia mengatakan orang tuanya tidak pernah berbicara tentang masa lalu dan belum berasimilasi.

“Orang tua saya, keduanya bekerja sebagai buruh dan mereka berdua adalah pengungsi dari Kamboja.Sulit bagi mereka untuk berbicara bahasa Inggris,”katanya.

Yourk mengatakan, seperti kebanyakan teman-teman sekelas, keluarganya berjuang karena tidak memiliki cukup uang, terutama untukmembiayaisekolahYourkdanketigaadiknya.

“Kami menghadapi hambatan keuangan yang menyulitkan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi atau bepergian ke tempat-tempat yang kami inginkan karena kami tidak mampu,”ujarnya.

Yourk bergabung dengan organisasiKhmer Girls in Action dan turut berdemonstrasi, seperti yang dilakukan di kantor pusat distrik sekolah dengan harapan membantu kondisi siswa-siswidalam komunitasnya. Lian Cheu mengatakan mengumpulkan dana yang dibutuhkan bagi organisasi  KhmerGirls in Action merupakan sebuah tantangan. (VOA)

Editor: Doddy Rosadi

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending