Bagikan:

Perang Melawan Teror di Mesir

KBR68H, Washington - Kekerasan yang melanda Mesir semakin meningkat, dengan serangan militan terhadap pasukan keamanan dan bentrokan antara demonstran dan polisi.

INTERNASIONAL

Kamis, 10 Okt 2013 07:57 WIB

Author

Eva Mazrieva

Perang Melawan Teror di Mesir

teror, mesir, presiden morsi

KBR68H, Washington - Kekerasan yang melanda Mesir semakin meningkat, dengan serangan militan terhadap pasukan keamanan dan bentrokan antara demonstran dan polisi. Sebagian pihak memprediksi kekerasan itu hanya akan memicu penindasan besar-besaran oleh militer dengan konsekuensi yang semakin memburuk.

  
"Penindasan tidak akan membuahkan hasil. Tentu saja represi tidak akan bermanfaat. Itu merupakan unjuk gigi yang sia-sia,”kata Profesor kebijakan publik Emad Shahin dari Universitas Amerika di Kairo.

Dia berpendapat para pemimpin militer, yang mengklaim mendapat dukungan besar dari rakyat, sedang berusaha memanfaatkan situasi untuk menjatuhkan musuh lama mereka.   "Mereka pikir mereka berhasil memicu kemarahan rakyat terhadap kekuasaan dan pemerintahan Morsi , dan telah meraih momentum dan karenanya sudah waktunya untuk menjatuhkan kaum Islamis,”ujarnya.
 
"Perang melawan teror" sedang dilancarkan militer terhadap kalangan Islamis Mesir yang luas, dari pengunjuk rasa yang damai sampai militan bersenjata. Inti kelompok jihadis terdapat di semenanjung Sinai dan hanya mendapat sedikit dukungan, tapi serangan mereka tampaknya terus semakin luas.   Mustafa Labbad, direktur Pusat Al Sharq bagi Studi Regional dan Strategis, yakin mereka dapat diatasi.   "Melihat keseimbangan kekuatan, saya pikir tidak akan ada perang saudara. Memang ada konflik, dan akan berlangsung berbulan-bulan, tetapi kekuatan jelas berada pada militer,”jelasnya.
 
Semangat pembangkangan yang berkobar semasa revolusi Mesir tahun 2011 dapat memberikan tantangan yang lebih berat bagi militer. Emad Shahin merujuk ke sebuah foto yang tersebar luas.

"Bayangkan seorang gadis 16 tahun yang fotonya tersebar di mana-mana. Dia mengangkat tanda Rabaa, empat jari yang melambangkan solidaritas di kalangan pengunjuk rasa. Dia menunjukkan isyarat itu di depan sekolah, di depan penjaga keamanan sekolah yang berupaya mengintimidasi para siswa. Namun gadis itu tidak takut. Itulah semangat protes yang tidak bisa mereka patahkan,”katanya.  
Untuk sekarang ini, mayoritas warga Mesir masih memberikan dukungan kepada militer untuk menentang lawan-lawannya. Tapi pertanyaannya, sampai berapa lama itu bisa bertahan? (VOA)

Editor: Doddy Rosadi

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending