KBR68H- Pengadilan Iran bulan ini menghukum 4 pemuda Kristen karena minum anggur dalam perjamuan kudus di gereja. Mereka adalah Behzad Taalipasand, Mehdi Reza Omidi, Mehdi Dadkah dan Amir Hatemi.
Para pemuda ini dijatuhi hukuman 80 cambukan. Republik Islam Iran melarang minum alkohol, meskipun itu adalah bagian dari kegiatan keagamaan Kristen. Pengadilan menjatuhkan vonis pada 20 Oktober dan mereka diberi waktu sepuluh hari untuk mengajukan banding .
Pimpinan Christian Solidarity Worldwide, Mervyn Thomas , mengatakan dalam sebuah pernyataan : "Hukuman yang dijatuhkan terhadap anggota gereja di Iran telah mengkriminalkan sakramen Kristen dalam Perjamuan Kudus, dan merupakan suatu pelanggaran yang tidak dapat diterima atas hak untuk mempraktekkan iman dengan bebas dan damai .
"Kami mendesak pemerintah Iran untuk memastikan bahwa praktek-praktek hukum dan prosedur tidak bertentangan dengan kewajiban internasional di bawah Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik untuk menjamin kebebasan beragama atau berkepercayaan,"ujar Mervyn Thomas.
Menurut Independent , hukuman yang keras muncul di tengah tindakan keras pemerintah pada apa yang disebut Iran " gereja-gereja rumah,". Para penganut Kristen ini biasanya berkumpul di gedung-gedung resmi atau rumah untuk beribadah.
Menurut laporan Departemen Luar Negeri AS baru-baru ini, sekitar 370.000 orang Kristen tinggal di Iran. (Al Arabiya)
Minum Anggur di Perjamuan Kudus, 4 Pria Iran Dicambuk 80 Kali
KBR68H- Pengadilan Iran bulan ini menghukum 4 pemuda Kristen karena minum anggur dalam perjamuan kudus di gereja. Mereka adalah Behzad Taalipasand, Mehdi Reza Omidi, Mehdi Dadkah dan Amir Hatemi.

INTERNASIONAL
Selasa, 29 Okt 2013 14:56 WIB


anggur, perjamuan kudus, iran, cambuk
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai