Sekelompok warga Kristen, Muslim dan Yahudi di Berlin, Jerman, masih terus berusaha mengumpulkan dana untuk mewujudkan mimpi mereka membangun tempat peribadatan yang sebut "House of One’ dimana nantinya gereja, masjid dan sinagoga akan berada di bawah satu atap.
Kompetisi untuk meracang bangunan itu telah dimenangkan oleh firma Kuehn Malvezzi pada 2012. nantinya tiga pemeluk agama itu bisa berdoa di tiga ruang terpisah. Ruang keempat akan digunakan sebagai tempat diskusi dan pertemuan ketiga komunitas itu.
Manajer proyek House of One, Roland Stole mengatakan, masing-masing pemeluk agama bisa berdoa dengan tenang dan diharapkan bakal muncul sikap saling menghargai di antara mereka.
Panitia pembangunan bakal mencari dana dari masyarakat umum. Komunitas Kristen di Berlin mencapai 37 persen dari 3,3 juta penduduk di sana. Sementara komunitas Yahudi hanya 0,3 persen dari seluruh populasi.
Warga bisa membeli batu bata, sebagai simbol pembangunan, seharga Rp 153 ribu di situs resmi House of One. Panitia berharap bisa mengumpulkan Rp 661 miliar pada awal 2016. Tiga minggu setelah rencana ini diumumkan, 378 orang telah menyumbang dana sebesar Rp 287 juta.
Proyek ini ditiru oleh banyak pihak. Inisiatif Tiga Iman di Omaha, Nebraska, berencana membangun kampus untuk tiga agama pada 2015.
Namun ada juga yang mengkritiknya. Martin Mosebach, novelis terkenal di Berlin, menilai rencana ini telah menghilangkan dimensi kesucian agama. Sementara beberapa komunitas yahudi juga menyampaikan penolakannya.
Panitia juga kesulitan menjadi organisasi Muslim yang mau bergabung. Salah satu organisasi yang mendukung gerakan ini adalah Forum Dialog Antarbudaya (FID). Kelompok yang mewakili Musim Sunni Turki ini hanyalah kelompok kecil di komunitas Muslim Berlin.
Panitia pembangunan menyatakan, jika mereka gagal mendapatkan Rp 661 miliar, dana yang terkumpul dari masyarakat akan digunakan untuk kegiatan yang membangun saling pengertian antar agama. (the guardian)