Bagikan:

Warga Suriah yang Kaya Mulai Pindah ke Lebanon

KBR68H - Jalur perbatasan antara Suriah dan Lebanon ramai seperti bulan-bulan sebelumnya. Tetapi, tidak seperti biasanya, di tengah kerumunan orang-orang yang sedang mengantre pengecekan paspor di pihak Lebanon, terdapat sejumlah warga Suriah yang kaya.

INTERNASIONAL

Rabu, 28 Agus 2013 17:46 WIB

Warga Suriah yang Kaya Mulai Pindah ke Lebanon

warga suriah, mengugsi, serangan militer amerika, lebanon

KBR68H - Jalur perbatasan antara Suriah dan Lebanon ramai seperti bulan-bulan sebelumnya. Tetapi, tidak seperti biasanya, di tengah kerumunan orang-orang yang sedang mengantre pengecekan paspor di pihak Lebanon, terdapat sejumlah warga Suriah yang kaya. Dengan berpakaian rapi mereka mendapat keistimewaan berdiri di barisan depan. Warga elit Suriah itu akan menyeberang ke Lebanon dengan cara yang jauh lebih mudah dibandingkan dengan kerumunan yang berdiri di belakangnya.

“Beberapa bahkan menggunakan jalur khusus militer,” kata penjaga perbatasan Lebanon.

Banyaknya warga elit Suriah yang pindah ini ternyata karena rumor akan adanya serangan udara oleh Inggris, Amerika, Perancis, dan juga Turki. Tentara internasional itu dikabarkan akan menyerang ibukota Suriah, Damaskus. Mereka merasa negara-negara Barat tidak hanya menggertak.

Diantara mereka yang menyeberang ke Lebanon adalah Salah Abur Rahman, seorang pengusaha dari Damaskus. Dia bercerita, penjualan dari usahanya terus menurun karena para pembeli takut terhadap serangan yang akan datang.

“Keluarga saya sudah ada di Lebanon sejak lama, tapi sekarang saatnya saya untuk pergi juga. Apapun yang akan datang, akan menyebabkan kerusakan parah, mau dengan cara apapun,” katanya.

Seorang warga lainnya, yang mempunyai bisnis layanan finansial dan bekerja dengan Rami Makhlouf, keponakan pertama dari Bashar al-Assad, mengatakan, dirinya tidak akan berada di Damaskus dan akan tetap berada di luar negaranya sampai perang usai.

“Mereka akan mengebom bandara dan gedung pemerintahan, mereka dapat mengebom apapun yang mereka mau. Tidak ada yang akan tersisa dari negara ini, dan itu adalah kenyataan,” katanya.
Abur Rahman menambahkan, “Paman saya adalah perwira senior, dia salah satu pengambil keputusan, dan minggu ini satu-satunya keputusan yang dia ambil adalah mencari perlindungan dari pesawat-pesawat Amerika.” (The Guardian)

Editor: Doddy Rosadi

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending