Bagikan:

The Third Square, Bentuk Perlawanan Pemuda Mesir

KBR68H, Washington - Dengan terbaginya jutaan rakyat Mesir antara kelompok lawan dan pendukung Presiden Mohamed Morsi yang digulingkan, sebuah gerakan kecil tapi berpotensi telah muncul.

INTERNASIONAL

Kamis, 01 Agus 2013 09:41 WIB

Author

Eva Mazrieva

The Third Square, Bentuk Perlawanan Pemuda Mesir

third square, pemuda mesir, tolak mursi dan militer

KBR68H, Washington - Dengan terbaginya  jutaan rakyat Mesir antara kelompok lawan dan pendukung Presiden Mohamed Morsi yang digulingkan, sebuah gerakan kecil tapi berpotensi telah muncul.

Tahrir Square, menjadi basis untuk pendukung militer.  Ada kamp yang terletak di sebelah masjid Rabaa al Adiweya, yang dipenuhi para pendukung Morsi.

Namun untuk ratusan pemuda di sini, di alun-alun Sphinx, ada alternatif.  Mereka menyebut diri mereka the Third Square, sebuah gerakan yang menolak apa yang mereka lihat sebagai pilihan keliru antara Islamisme ekstrim dan militerisme.
 
Sementara demonstrasi dimulai di bawah jembatan di sebuah kawasan komersial, Ossama Melouk, seorang mahasiswa dari Universitas Kairo dan salah satu penggerak kelompok itu, memegang spanduk raksasa yang berbunyi 'Mesir untuk semua orang Mesir' kepada mereka yang lewat.

Melouk mengatakan kelompoknya tidak ingin Morsi, yang dipilih tahun lalu, kembali berkuasa, tetapi mereka ingin demokrasi.  Dia menyebut pengambilalihan pemerintahan oleh militer sebagai 'kudeta.'  Pendukung pengambilalihan militer itu menyebutnya sebagai sebuah revolusi .

'Kami tidak perlu Morsi. Kami tidak memerlukan kudeta militer. Kita bahkan tidak perlu rezim Mubarak. Kita membutuhkan sebuah revolusi untuk kembali ke jalan yang benar.'ujarnya.  


Tidak seperti kamp-kamp protes yang lebih terorganisir di Kairo, tidak ada pedagang-pedang di Lapangan Sphinx dan tidak ada tenda untuk diduduki para demonstran setelah unjuk rasa.  Para aktivis sebagian besar berusia 20 tahunan dan sebagian besar mengenakan pakaian anak muda yang trendi.

Taha El Sayed El Homossany tampilannya menyolok dan  mengenakan galabeya, jubah tradisional berwarna zaitun.  Ketika ditanya mengapa ia ikut dalam demonstrasi itu, dia mengatakan awalnya dia hanya datang untuk mengamati.
 
Apa yang ia amati, menurutnya tidak baik.  Dia mengatakan orang Mesir turun ke jalan  secara massal pada 30 Juni melawan Morsi dan sekarang negara itu perlu penyembuhan.  Para pengunjuk rasa muda itu, tambahnya, tampaknya berasal dari kalangan mampu, dan tidak dalam kondisi ekonomi buruk setelah dua setengah tahun terjadi perselisihan politik. Mereka tampaknya tidak mewakili sebagain besar penduduk Mesir yang hidup dengan kurang dari dua dolar sehari.
 
Tapi pengunjuk rasa Ghadir Ahmed mengatakan orang Mesir tidak akan pernah aman di bawah pemerintahan militer atau pemerintahan Islam. Ratusan orang telah terbunuh sejak Morsi digulingkan dan ditahan pada tanggal 3 Juli, dan para pendukung dari kedua belah pihak bertahan di balik dibarikade kamp mereka masing-masing.

Dia mengatakan mereka menggalakkan gerakan itu lewat media sosial seperti Twitter dan Facebook, seperti apa yang dilakukan oleh para aktivis dua tahun yang lalu

Sementara demonstrasi meningkat, tambur –tambur dibawa masuk dan petasan dinyalakan untuk menyemangati masa, sementara sejumlah aktivis memanjat patung di alun-alun itu dan berteriak ' Pergi Morsi' dan “Pergi Militer.' (VOA)

Editor: Doddy Rosadi

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending