KBR - Korban serangan Israel di Jalur Gaza adalah anak-anak. Mereka yang masih hidup dipaksa kehilangan keluarganya. Salah satunya, Mohammed Kawareh yang masih 12 tahun.
Mohammed mau tak mau harus melihat detik-detik ayahnya meninggal karena terkena serangan bob Israel. Bahkan dia harus melihat tubuh ayahnya, Ibrahim Kawareh (43) hancur terpotong-potong dan berkeping. Dia juga melihat 6 anggota keluarga lainnya yang tewas.
Keluarga Kawareh tewas saat pesawat Israel melayangkan serangan ke rumah keluarga Kawareh di Jouret Al Lout, sebelah timur Khan Younis, Jalur Gaza.
Salah Kawareh, paman Mohammed bercerita bom dijatuhkan siang hari. Sebelumnya, keluarga mereka mendapat peringatan lewat telepon mengatakan rumah mereka akan dibom dan harus tinggalkan rumah dalam lima menit.
"Tetapi warga setempat memaksa untuk tetap ke atap gedung apartemen untuk melindungi gedung. Sebagian juga berjaga di tangga dalam. Tapi pesawat tempur tetap meledakkan rumah sehingga banyak korban terluka dan martir," cerita Salah kepada The Palestine Telegraph, Jumat (11/7).
Sementara, Mohammed pun bercerita saat-saat terakhir dia bersama atah ibunya. Katanya, dia berada di rumah bersama ibunya ketika ledakan terjadi.
“Ayahku pergi ke sana untuk mengunjungi keluarga sepupunya sampai akhirnya serangan Israel datang. Kami berlari menuju rumah itu untuk mencari ayahku, tapi tidak ketemu. Akhirnya kami pun kembali ke rumah. Tidak lama kami mendapat telepon dari paman di rumah sakit yang mengatakan ayahku terbunuh. Ibu mulai berteriak tidak percaya," cerita dia.
Saat melihat tubuh ayahnya terpotong-potong karena ledakan bom, Mohammed tidak berhenti menangis. Dia pun memeluk jasad ayahnya dan tidak ingin melepaskannya.
“Jangan tinggalkan aku ayah,” kata-kata terakhir Mohammed sebelum ayahnya di bawa pergi pihak rumah sakit.
Editor: Pebriansyah Ariefana