KBR – Penembakan pesawat Malaysia Airlines MH17 menjadi peringatan bagi Australia bahwa negaranya masih rawan akan aksi terorisme. Mengingat saat ini dunia sedang mengalami ketegangan dengan berbagai konflik yang terjadi.
Dalam tragedi MH17 ini, jumlah korban yang berasal dari Australia menduduki peringkat tiga terbanyak setelah Belanda dan Malaysia.
“Insiden ini merupakan kejahatan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Ini bukan sesuatu yang bisa berhenti sampai pada pernyataan kecelakaan tragis saja,” kata Tony Abbott, Perdana Menteri Australia, dikutip dari The Guardian, Jumat (18/7).
Shandon Harris-Hogan, peneliti Terorisme, memperkirakan pada tahun 2012 lebih dari 120 warga sipil Australia telah dibunuh oleh teroris di luar negeri sejak tahun 2000.
Serangan teroris yang paling mematikan bagi Australia adalah tragedi bom Bali pada tanggal 12 Oktober 2002. Sekitar 202 orang tewas dalam kejadian ini dan 88 orang diantaranya adalah warga negara Australia.
Dalam serangan ini orang Australia memang menjadi target terkait dukungan Canberra kepada AS soal 'perang melawan teror' dan peran Australia dalam mendukung kemerdekaan Timor Leste.
Selain itu, Australia juga turut menjadi korban dalam beberapa aksi terorisme lainnya, seperti Bom Marriot tahun 2009, Bom Bali 2 tahun 2005, Serangan 11 September tahun 2001, dan pengeboman Kantor Kedutaan Australia di Jakarta. Menurut Shandon, saat ini ancaman terorisme terbesar bagi Australia justru berasal dari teroris domestik.
Editor: Pebriansyah Ariefana
PM Australia: Jatuhnya MH17 Kejahatan yang Tak Dapat Diungkap dengan Kata-kata
KBR

INTERNASIONAL
Jumat, 18 Jul 2014 16:19 WIB


SBY, malaysia, mh17
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai