KBR - Pemimpin kelompok separatis Ukraina, Alexander Borodai, klaim temukan benda yang diduga kotak hitam milik pesawat Malaysia Airlines MH17. Kotak hitam itu kini dibawa oleh kelompok itu ke Donetsk, timur Ukraina.
Meski bernama kotak hitam, sesungguhnya kotak itu berwarna oranye. Kotak itu memuat rekaman percakapan dalam kokpit dan data penerbangan. Borodai mengaku akan menyerahkan benda itu kepada pakar-pakar internasional yang ahli dalam kecelakaan penerbangan.
“Kotak hitam yang menjadi bagian dari pesawat ditemukan di lokasi kecelakaan dan berada di bawah kendali kami. Tidak ada ahli dalam kelompok kami yang bisa menunjukan bentuk kotak hitam itu. Tapi sudah kami bawa ke Donetsk beberapa benda dan kemungkinan di antaranya ada kotak hitam,” kata Alexander Borodai.
Borodai mengatakan, mereka akan menyerahkannya benda itu ke Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) jika benar itu kotak hitam berisi data penerbangan dan percakapan kokpit.
Sementara itu, pejabat intelijen Ukraina mengatakan kotak berwarna oranye itu juga sedang dalam pencarian Moskow untuk menutupi keterlibatan Rusia dalam penembakan pesawat boeing 777 itu.
Badan intelijen itu merilis sebuah percakapan telepon antara seorang komandan senior dari kelompok pemberontak dengan anak buahnya. Sang komandan memberi perintah pencarian kotak hitam itu.
Diketahui komandan itu adalah Oleksandr Khodakovskyi. Dia menghubungi salah seorang anak buahnya untuk menanyakan keberadaan kotak hitam MH17.
“Karena Moskow menanyakan keberadaan kotak hitam itu,” kata Khodakovskyi kepada anak buahnya dalam percakapan telepon.
Komandan senior itu meminta untuk menahan kotak hitam jika berhasil ditemukan. Berdasarkan percakapan yang dirilis badan intelijen Ukraina, sang komandan tidak ingin benda itu jatuh ke tangan Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama Eropa (OSCE).
“Teman kita dari atas sangat tertarik dengan nasib kotak hitam. Maksud saya, orang-orang dari Moskow,” ujar Khodakovskyi.
Dia juga memberi instruksi untuk bekerja sama dengan Kementerian Darurat. (abc)
Editor: Antonius Eko