Bagikan:

Ikan Kembung Mampu Kurangi Jejak Karbon Industri Perikanan

Meski tidak populer di antara makanan laut lainnya, ikan kembung punya peranan besar dalam mengurangi jumlah emisi gas rumah kaca yang dihasilkan industri perikanan.

INTERNASIONAL

Rabu, 30 Jul 2014 14:12 WIB

Ikan Kembung Mampu Kurangi Jejak Karbon Industri Perikanan

ikan, emisi karbon

KBR - Meski tidak populer di antara makanan laut lainnya, ikan kembung punya peranan besar dalam mengurangi jumlah emisi gas rumah kaca yang dihasilkan industri perikanan. 


Seorang profesor asal Nova Skotia yang mempelajari industri perikanan, Robert Parker mengungkapkan makanan laut favorit seperti udang dan lobster justru meninggalkan jejak karbon paling banyak.


Parker bersama dengan pemimpin Sekolah Penelitian Sumber Daya dan Lingkungan di Universitas Dalhousie Halifax, Peter Tyedmers, pada 4 Juli lalu merilis sebuah analisis terkait penggunaan bahan bakar dalam kegiatan industri perikanan. 


Penelitian ini menggunakan basis data Tyedmers di Eropa, Australia, dan Amerika Utara. Hasilnya menunjukan produksi ikan kecil seperti ikan kembung, sarden, haring, dan teri menggunakan energi dan karbon paling efisien dalam kegiatan perikanan. Penelitian ini dipublikasikan di jurnal Fish and Fisheries. Berdasarkan hasil analisis mereka, penangkapan udang dan lobster membutuhkan banyak bahan bakar sama seperti kegiatan peternakan. Untuk diketahui, peternakan paling banyak memengaruhi lingkungan dalam hal jejak karbon di antara produksi bahan makanan lain.


Parker mengatakan, untuk menangkap 1000 kilogram ikan sarden atau ikan teri hanya membutuhkan 5 galon bahan bakar. Sementara, menangkap lobster atau udang dengan ukuran berat yang sama, rata-rata menghabiskan 2.100 sampai 2.600 galon bahan bakar.


Meski perusahaan Amerika Serikat dan Kanada mengaku mengalami efisiensi akibat peningkatan jumlah biomassa lobster di laut, namun tetap saja membutuhkan 264 galon bahan bakar untuk menangkap 1000 kilogram binatang jenis crustacea tersebut.


Industri perikanan terus menunjukan kemajuan pesat. Namun, kemajuan itu diiringi dengan banyak konsekuensi, seperti ketergantungan pada kapal besar. Parker mengatakan, kapal penangkap ikan adalah sumber pembakaran bahan bakar paling banyak. 


Kapal-kapal besar tersebut akan membutuhkan bahan bakar fosil dalam jumlah besar untuk menggerakkan mesin kapal, mesin pendingin ikan, alat navigasi, dan perlengkapan lainnya.  Sekitar 60% - 90 % dari total energi dan emisi yang digunakan industri perikanan berasal dari aktivitas kapal tersebut.


“Bahan bakar adalah pengeluaran terbesar dalam produksi perikanan. Buruh adalah yang pertama,” kata Parker. Menurut Parker, harus ada langkah-langkah nyata yang diterapkan untuk mengurangi konsumsi bahan bakar.


Parker menyayangkan pula, ikan kecil tidak menjadi favorit. Seringkali pemanfaatan ikan kecil juga kurang efisien seperti untuk makanan ternak dan biota laut. “Jadi kita sudah menggunakan sistem penangkapan yang efisien tetapi pemanfaatan hasilnya untuk sesuatu yang tidak efisien,” tambah Parker.


Meski begitu, Parker mengakui penelitiannya masih terbatas. Parker belum menggunakan basis data di negara berkembang. Ia juga mencatat perikanan bukan pelanggar besar dalam sistem emisi karbon produksi makanan.


“Perikanan masih dibawah peternakan dalam menghasilkan jejak karbon,” ungkap Parker. (npr org) 


Editor: Antonius Eko 


Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending