KBR - Sebuah bekas lokasi pembunuhan massal akan berubah menjadi perkebunan pisang Cavendish organik seluas 1.500 hektar di Masalay Barangay, Kota Ampatuan, Maguindanao, Filipina.
Perkebunan ini diklaim menjadi yang pertama kali menanam pisang murni organik di Asia. Adapun usaha perkebunan ini akan menjadi sumber mata pencaharian bagi 2.000 penduduk di Maguindanao.
Gubernur Maguindanao, Esmael Mangudadatu mengapresiasi para pemodal asing dan perusahaan lokal Al-Mujahidun Agro Pembangunan Sumber Daya karena turut membantu upaya pemerintah mengubah citra kota Amputuan.
Dulu, kota ini pernah ternodai akibat rezim politik kejam yang melakukan pembunuhan massal terhadap 58 orang pada 23 November 2009. Istri Mangudadatu, Jenalyn, adalah satu di antara korban tewas.
“Usaha perkebunan ini terbayar dengan darah dari para korban pembunuhan massal, termasuk istri saya,” kata Mangadadatu.
Perkebunan ini nantinya hanya akan menggunakan bahan-bahan pertanian organik sehingga menjamin pertanian yang ramah lingkungan. Akan ada 2.000 pekerja Moro yang direkrut untuk menyebarkan pisang Cavendish ke sejumlah lahan sewaan terdekat milik penduduk lokal.
Pembangunan perkebunan pisang murni organik di Maguindanao tersebut juga mendapat bantuan dari pengusaha Kosta Rika, Gonzalo Ordeñana, serta rekan-rekannya di proyek AMARDI, yaitu Abdulwahid Sumauang dan Akmad Bullecer.
“Tentu saja ini adalah perkebunan pisang murni organik pertama di Asia, “ kata Sumauang.
Selain membantu perkebunan, perusahaan lokal Al-Mujahidun juga akan mendirikan sebuah sekolah Islam, rumah sakit, dan peternakan yang memproduksi makanan halal di kota Ampatuan untuk membantu masyarakat lokal.
Simbolisasi operasi perkebunan ini diresmikan oleh Gubernur Mangadadatu, pada Rabu (30/7). Wali kota setempat Rasul Sangki, Brigadir Jendral Edmundo Pangilinan, serta Sekretaris Pertanian Makmod Mending Jr. dari Daerah Otonom di Muslim Mindanao (ARMM) juga turut hadir dalam acara tersebut. (philstar)
Editor: Antonius Eko