KBR– Dua belas orang tewas dan terluka akibat serangan di Daerah Otonomi Xinjiang Uyghur, Tiongkok pada Senin (28/7).
Kantor Berita Xinhua menyatakan penyerangan dilakukan sebuah kelompok menggunakan pisau dan kapak untuk menyerang warga sipil. Kelompok tersebut juga menyerang kantor polisi, kantor pemerintahan, dan merusak beberapa kendaraan.
Akibat penyerangan tersebut, polisi menembak puluhan orang. Penyerangan dilakukan di dua kota yang berbeda di daerah Xinjiang. Menurut polisi setempat, kelompok pertama menyerang kantor polisi dan kantor pemerintahan di Kota Elixku di wilayah Shache, Xinjiang. Setelah itu, sebagian dari kelompok tersebut bergerak ke Kota Huangdi dan menyerang warga sipil serta merusak 31 mobil, enam diantaranya dibakar.
Investigasi awal menyatakan penyerangan tersebut diduga telah direncanakan. Korban penyerangan tersebut adalah warga Uighur dan etnis Han yang merupakan etnis mayoritas di Tiongkok.
Menurut kelompok Hak Asasi Manusia (HAM), penyerangan tersebut adalah bentuk diskriminasi terhadap warga Uighur. Greg Fay, perwakilan dari salah satu kelompok HAM yang berasal dari Washington, menyatakan mengalami kesulitan untuk mengonfirmasi insiden tersebut. Pasalnya, media Tiongkok sangat mengawasi berbagai pemberitaan dari daerah tersebut.
“Kebijakan untuk menembak para penyerang masih saja tetap diterapkan di tengah kampanye anti teroris seperti sekarang,” katanya.
Pada Desember lalu di daerah Shache, sebuah kantor polisi diserang dan beberapa mobil polisi dibakar. Delapan orang meninggal akibat penyerangan tersebut.
Menurut Amnesti Internasional, warga Uighur mengalami diskriminasi dalam bidang pekerjaan, kesempatan memperoleh pekerjaan dan tempat tinggal, termasuk pembatasan kebebasan beragama dan partisipasi politik. (cnn)
Editor: Antonius Eko