KBR - Pemerintah Amerika Serikat merilis kumpulan foto lanskap Ukraina tampak atas, yang memperlihatkan bukti keterlibatan Rusia dalam konflik antara pemerintah Ukraina dengan gerakan separatis pro-Rusia.
Gambar-gambar tersebut dipublikasikan oleh pejabat-pejabat di Departemen Kenegaraan AS. Duta Besar AS untuk Ukraina, Geoffrey Pyatt, juga membagikan kumpulan gambar itu lewat akun Twitternya.
Memo berupa empat gambar tersebut diklaim menunjukkan serangan-serangan yang terjadi antara tanggal 21 sampai 26 Juli lalu.
Salah satu gambar menunjukkan posisi pasukan militer Ukraina pada 20 Juli dan gambar area yang sama pada 23 Juli. Pada foto tanggal 23 Juli, area tersebut terlihat dipenuhi kawah-kawah hasil tembakan dari wilayah Rusia. Foto ini mengindikasikan bantuan Rusia bagi gerakan separatis Ukraina pro-Rusia, dalam melawan pemerintah Ukraina.
Sebuah gambar menunjukkan aktivitas roket yang ditembakkan dari wilayah Rusia hingga 11 kilometer ke bagian Timur Ukraina.
Kementerian Luar Negeri dan Pentagon AS untuk pertama kalinya menuduh pasukan Rusia menembak ke dalam Ukraina pada Kamis (24/7) kemarin. Tuduhan tersebut kembali dikumandangkan pada hari Jumat, meskipun belum ada bukti pendukung.
Sekretaris Pers Gedung Putih, Josh Earnest, berkata bahwa Washington (AS) menganggap Moskow (Russia) bertanggungjawab atas jatuhnya pesawat komersil maskapai Malaysia Airlines, MH17, karena Rusia menyuplai misil untuk para pemberontak Ukraina. Kelompok separatis Ukraina diduga menjadi pelaku penembakkan dan penyebab jatuhnya pesawat komersil milik maskapai Malaysia, MH17, 17 Juli kemarin.
"Kami menyimpulkan bahwa (Presiden Rusia) Vladimir Putin beserta orang-orang Rusia lainnya bertanggung jawab atas tragedi ini," kata Earnest.
Juru Bicara Menteri Pertahanan Rusia, Mayor Jendral Igor Konashenkov, berkata bahwa AS mengambil sebagian besar datal intel tentang Rusia dari sosial media dan bersikap seolah-seolah informasi tersebut bisa diandalkan.
"Dengan kata lain, Washington melandasi kemarahannya dengan spekulasi anti-Rusia hasil kumpulan data internet, yang tidak sesuai kenyataan," Konashenkov menjelaskan. (usa today)
Editor: Antonius Eko