Departemen Kesehatan AS mendenda sebuah rumah sakit di Syracuse, New York, Rp 60 juta karena hampir saja mengambil organ tubuh seorang perempuan yang diduga sudah mati. Untunglah pada detik-detik paling menentukan itu, si pasien membuka matanya, menandakan ia masih hidup.
Insiden itu terjadi di Rumah Sakit St Joseph pada 2009 pada pasien Colleen Burns. Menurut media setempat, Syracuse-Standar Post, Burns dianggap sudah "meninggal dunia" akibat overdosis obat-obatan yang menghantam jantungnya.
Serangkaian kesalahan dimulai tak lama setelah Burns tiba di ruang gawat darurat. Departemen Kesehatan dalam laporannya menyebut staf rumah sakit mengabaikan pengobatan yang dianjurkan untuk mencegah kerusakan lebih jauh pada lambung dan usus. Mereka juga tidak cukup melakukan pengujian untuk melihat apakah pasien sudah bebas dari semua jenis obat. Selain itu, pemindaian otak juga tak dilakukan.
Laporan itu menyatakan, dokter yang sedang bertugas telah mengabaikan pengamatan perawat yang mengindikasikan Burns tidak mati dan bahkan kondisinya membaik. Kesalahan lain, pihak rumah sakit tidak berusaha untuk menyelidiki apa yang salah dalam seluruh prosedur sampai negara turun tangan.
Pengujian yang dilakukan untuk memastikan apakah perempuan itu sudah meninggal atau belum, termasuk tes refleks, memperlihatkan jari kaki Burns menekuk. Cuping hidungnya melebar dan bibir serta lidahnya bergerak.
"Orang mati jari kakinya tidak melengkung," kata Dr Charles Wetli, ahli patologi forensik di New Jersey. "Dan mereka tidak melawan respirator karena ingin bernapas sendiri."
Wetli mempertanyakan, mengapa perawat akan memberikan obat penenang, jika mereka melihat tanda-tanda kehidupan. "Itu akan membiusnya ke titik ia akan menjadi non-reaktif," katanya.
Dokter David Mayer dari New York Medical College menambahkan, "Jika Anda harus membius mereka atau memberi mereka obat nyeri, otak mereka tidak mati dan Anda tidak boleh mengambil organ mereka."
Perempuan berusia 41 tahun itu selamat dari insiden menegangkan tersebut, tapi dilaporkan bunuh diri dua tahun kemudian. "Dia begitu tertekan," kata Lucille Kuss, ibu Burns. Jiwanya yang selamat dari operasi bedah ternyata tidak membuat perbedaan apa-apa pada hidup Burns.
(The Blaze.com)