Bagikan:

Bekas Luka Rakyat Kamboja di Tuol Sleng

KBR68H, Pnom Penh

INTERNASIONAL

Kamis, 20 Jun 2013 14:07 WIB

Author

M Irham

Bekas Luka Rakyat Kamboja di Tuol Sleng

kamboja, tuol sleng, khmer merah, norodom sihanouk

KBR68H, Pnom Penh – Museum pembantaian massal Tuol Sleng merupakan bekas kantor keamanan 21 "Democratic Kampuchea" dibangun atas perintah Pol Pot (Sa lut Sor) pada 17 April 1975. Kantor 21 yang dikenal dengan S-21 dirancang khusus menahan siapa saja yang melawan kebijakan revolusi dari rezim Khmer Merah. Mereka ditahan di sini, diinterogasi, disiksa, dan dibunuh setelah datanya dicatat pemerintah Khmer Merah.

Kantor yang berada di Boulevard Shinouk, memiliki luas 600 x 400 meter dengan empat gedung terpisah (Bangunan A, B, C dan D). Bangunan masih kokoh, dengan tembok berlapis bata merah. Kawat besi sejak bangunan ini berdiri, dibiarkan membungkus pagar-pagar bangunan.

Pada 1977-1978 bangunan A diubah. Bangunan A, memiliki ruang tahanan masing-masing 6 x 4 meter. Jendela diilapisi kaca untuk meminimalisir jeritan para tahanan yang sedang disiksa hingga keluar ruangan. Bangunan A, digunakan untuk menahan para tokoh yang melawan revolusi Pol Pot. Mereka dikerangkeng dan difasilitasi dengan tempat tidur, selimut, kasur kecil, dan keset. Mereka juga diberikan kaleng atau mangkuk plastik untuk buang air.

Sementara itu, Bangunan B, C dan D juga mengalami perubahan. Lantai dasar telah dipisahkan menjadi penjara kecil dengan dinding bata merah; lantai pertama dan lantai atasnya adalah penjara yang cukup besar, untuk menahan banyak tahanan.

Pada 7 Januari 1979 partai dan pemerintah mengumpulkan fakta-fakta yang terjadi di S-21. Seperti foto, film, alat penyiksaan, pengakuan tahanan, belenggu, dan empat belas korban. Sekarang fakta-fakta dari rezim brutal tersebut dipamerkan untuk warga kamboja dan wisatawan. Museum Genocida Tuol Sleng dibuka sejak 19 Agustus, 1979.

Pada Januari 1979, United Front for the National Salvation of Kampuche (UNFNSK) kembali menemukan empat belas jenazah tahanan. Sayangnya, jenazah tersebut telah membusuk dan sulit untk diidentifikasi. Mereka dikubur di depan gedung A. Empat belas jenasah, salah satunya perempuan merupakan korban terakhir yang disiksa para staf S-21, sebelum mereka melarikan diri.

Berbagai peralatan penyiksaan masih tersimpan rapih dan dipajang di gedung C. Misalnya, tiang kayu yang digunakan untuk mengikat para tahanan, kaleng yang biasa menampung air panas untuk menyiram wajah para tahanan, dan tang penjepit. Dengan alat-alat tersebut, para tahanan diiterogasi. Ketika kehilangan kesadaran, kepala mereka dicelupkan ke dalam tong. Terus, berulang kali.

Jumlah pegawai di kantor S-21 sebanyak 1684 staf, yang telah bekerja sejak 1976. Mereka yang bekerja di bawah rezim Khmer Merah, juga ikut terlibat di kantor S-21 Kor (lokasinya di Ta Khmao) Kantor S-21 Khor (lokasinya di Pres Sor, Bagian barat Phonm Penh).

Hasil laporan dan kegiatan dari kantor S-21 di pelabagi wilayah akan dilaporkan langsung ke Kementerian Pertahanan Khmer Merah. Kepala pusatnya saat itu adalah Kang Keck Iev yang dikenal sebagai Duch. Duch lahir di kampung Povuey, bekerja sebagai guru matematika; dia menjadi kepala penjara S-21.

Rincian Tahanan di S-21
1975… 154 tahanan
1976… 2250 tahanan
1977… 2350 tahanan
1978… 5765 tahanan

Tahanan tersebut belum termasuk anak-anak yang dibunuh di rezim Khmer Merah; yang diperkirakan mencapai 20 ribu orang. Bagi tahanan biasa (warga sipil) yang melawan pemerintah Khmer Merah ditahan antara 2-4 bulan. Sementara itu, tahanan politik ditahan selama 6-7 bulan.

Sejarah Singkat Kamboja

Museum Tuol Sleng menjadi saksi berdarah rakyat Kamboja yang menjadi korban peralihan kekuasaan. Sejak negara ini merdeka dari jajahan Prancis pada 9 November 1953, perebutan kekuasaan dan perbedaan pandangan tentang sistem pemerintahan membuat kondisi negara tidak stabil dalam hal politik, sosial dan ekonomi.

Setelah merdeka, Kamboja menjadi sebuah kerajaan konstitusional dibawah kepemimpinan Raja Norodom Sihanouk. Belum genap satu dekade menghirup kemerdekaan, perseteruan tingkat tinggi di kerajaan Kamboja terjadi. Sikap netral Raja Norodom Sihanouk atas perang Vietnam di era 60an, tak dibiarkan begitu saja oleh Jenderal Lon Nol dan Pangeran Sirik Matak yang merupakan pendukung Ameriksa Serikat. Mereka pun menyingkirkan Norodom Sihanouk dari kekuasaan.

Penyingkiran kekuasaan menyimpan bara dendam. Dari Beijing, Norodom Sihanouk memutuskan berkawan dengan kelompok Khmer Merah, untuk mengambil kembali kekuasaan yang telah direbut Lon Nol. Perebutan kekuasan ini yang kemudian memicu perang saudara di Kamboja.

Pada 1975, Khmer Merah yang dipimpin Pol Pot berhasil menguasai daerah ini, dan mengubah format pemerintahan dari kerajaan menjadi Republik Demokratik Kamboja. Namun, dengan tangan besi, rezim Khmer Merah memaksa kehendak untuk membangun ekonomi dengan cara instan. Memaksa masyarakat perkotaan pindah ke pedesaan untuk menggarap lahan pertanian. Mereka membunuh siapa saja yang menolak kebijakan tersebut. Akibat kebijakan ini, jutaan rakyat Kamboja mati, karena dibunuh atau kelaparan. Ditambah lagi, Khmer Merah menolak bantuan pengobatan Barat.

Masa berdarah di bawah rezim Khmer Merah tak bertahan lama. Pada 1978, Vietnam menyerbu RD Kamboja untuk menghentikan pembantaian rakyat dengan kebijakan turun ke ladang. Pada tahun 1989, perdamaian mulai ditebarkan antara kedua pihak yang bertikai. Saat itu, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) memberi mandat gencatan senjata antara Norodom Sihanouk dan Lon Nol.

Kini, situasi di Kamboja berangsur pulih dengan menggunakan sistem pemerintahan kerajaan. Masyarakat bergeliat untuk memajukan ekonomi dari pelbagai bidang; mulai pertanian hingga perdagangan. Investasi dari luar negeri mulai menggeliat. Rakyat Kamboja tak ingin lagi perebutan kekuasaan tingkat tinggi, berulang kembali.

Editor: Doddy Rosadi

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending