Bagikan:

AS Peringatkan Risiko Genosida di Sudan Selatan

KBR68H, Jakarta - Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry memperingatkan risiko terjadi genosida di Sudan Selatan. Ini terjadi jika konflik fatal yang telah berlangsung empat bulan tidak dihentikan.

INTERNASIONAL

Jumat, 02 Mei 2014 07:35 WIB

Author

VoA

AS Peringatkan Risiko Genosida di Sudan Selatan

sudan, amerika serikat

KBR68H, Jakarta - Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry memperingatkan risiko terjadi genosida di Sudan Selatan. Ini terjadi jika konflik fatal yang telah berlangsung empat bulan tidak dihentikan.

Kamis kemarin Kerry membahas kekerasan itu dengan para menteri luar negeri regional dan pejabat Uni Afrika. Kerry mengatakan pihak-pihak yang bertanggung jawab atas apa yang disebutnya “kekerasan yang tidak tergambarkan” di Sudan Selatan harus diadili agar konflik itu tidak semakin memburuk.

“Ada sejumlah indikator utama yang sangat merisaukan mengenai aksi pembantaian etnis dengan target tertentu dan bersifat nasionalis disana yang memicu banyak pertanyaan serius. Jika terus berlanjut seperti saat ini, hal itu dapat menjadi tantangan sangat serius bagi komunitas internasional terkait isu genosida,” kata Kerry

Kerry mengatakan ia bekerjasama dengan para pemimpin regional untuk menghindari hal tersebut dengan mengerahkan orang di lapangan yang bisa membuat perubahan dan memberikan keamanan.

Di Addis Ababa, Kerry bertemu dengan para menteri luar negeri Ethiopia, Kenya dan Uganda, yang menurutnya sepakat akan perlunya pengerahan tentara Uni Afrika dibawah mandat PBB. Di sana Kerry juga mendesak mereka agar mengikuti Amerika mengenakan larangan perjalanan dan pembekuan aset pihak-pihak yang terlibat dalam kekerasan di Sudan Selatan itu, tetapi menambahkan Amerika sangat siap bertindak sendirian.

"Kami siap bertindak sendirian. Tetapi masing-masing menteri luar negeri itu hari ini setuju memikul tanggung jawab untuk menjatuhkan sanksi,” katanya.

Kerry mengatakan sebagian tanggung jawab atas kekerasan itu terletak pada jenderal-jenderal yang memiliki agenda tersendiri. Itu artinya Presiden Sudan Selatan Salva Kiir dan mantan wakil presidennya Riek Machar.

Sebelumnya, bentrokan paling serius dimulai pada akhir Desember, segera setelah pemerintahan Kiir menuduh Machar hendak merebut kekuasaan. Konflik meluas menjadi perpecahan antara suku Dinka, asal Presiden Kiir, dan Nuer, asalnya Machar.

Editor: Pebriansyah Ariefana

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending