KBR68H, Washington - Para demonstran pro-Rusia mengabaikan tenggat pemerintah Ukraina agar mengosongkan gedung-gedung yang mereka duduki dengan imbalan amnesti, sementara presiden Ukraina mengancam mengerahkan militer untuk menumpas demonstran.
Puluhan demonstran memecah jendela-jendela markas besar polisi di kota Horlivka di Ukraina timur, dan bentrok dengan polisi sebelum merebut kontrol atas gedung tersebut. Video konfrontasi itu menunjukkan sebuah ambulan tengah merawat orang-orang yang cedera.
Para demonstran itu, yang berlindung di balik barikade di gedung-gedung yang mereka duduki, menuntut referendum untuk menentukan apakah akan memisahkan diri dari Ukraina dan bergabung dengan Rusia, serupa dengan referendum bulan lalu di Krimea.
Presiden sementara Ukraina Oleksandr Turchnyov mengancam melancarkan apa yang disebutnya operasi anti-teroris berskala penuh terhadap orang-orang yang menduduki gedung-gedung pemerintah itu.
Kantor kepresidenan Ukraina mengatakan bahwa dalam pembicaraan telpon dengan Sekretaris-Jendral Ban Ki-moon, Turchnyov akan menyambut bantuan PBB dalam operasi semacam itu.
Sebelumnya, Turchnyov mengatakan ia tidak menentang referendum nasional mengenai masa depan Ukraina. Katanya ia yakin mayoritas penduduk akan mendukung Ukraina yang bersatu dan merdeka, dengan kemungkinan memberi otonomi yang lebih luas bagi kawasan timur negara itu. Ia mengatakan referendum semacam itu bisa dilangsungkan bersamaan dengan pemilu presiden 25 Mei. (VOA)
Editor: Antonius Eko