Bagikan:

Profil Pelaku Bom Boston Tidak Seperti Teroris Lain

KBR68H, Washington - Tamerlan dan Dzhokhar Tsarnaev

INTERNASIONAL

Senin, 29 Apr 2013 08:07 WIB

Author

Eva Mazrieva

Profil Pelaku Bom Boston Tidak Seperti Teroris Lain

bom boston, profil pelaku, teroris

KBR68H, Washington - Tamerlan dan Dzhokhar Tsarnaev – kakak beradik etnis Chechen diketahui sebagai tersangka pelaku ledakan bom di Boston. Ini setelah sebelumnya FBI mengeluarkan beberapa foto dan petikan video yang memperlihatkan bagaimana keduanya meletakkan tas punggung berisi bom di salah satu lokasi ledakan.  Hari Jum’at lalu, polisi mengidentifikasi keduanya sebagai kakak beradik etnis Chechen yang dilahirkan di Kyrgyzstan dan pernah tinggal beberapa tahun di Dagestan sebelum pergi ke Amerika sebagai pengungsi.

Ruslan Tsarni – paman kakak-beradik itu memastikan identitas mereka.  Berbicara kepada para wartawan di depan rumahnya di negara bagian Maryland, Ruslan mengatakan keluarga abangnya itu adalah Muslim yang berasal dari ethnis Chechen.

Isu identitas memang rumit. Aslan Doukaev yang memimpin Siaran Kaukasus Utara di Radio Free Europe-Radio Liberty dan tinggal di Republik Chechnya/ berbicara pada VOA lewat saluran telefon.

 “Ya – saya sangat mengenal hal ini. Saya sendiri berasal dari Chechen dan saya tahu struktur sosialnya sehingga saya bisa bicara tentang hal itu.  Tetapi jika kita ingin bicara tentang kedua anak muda ini sepanjang hidupnya mereka tinggal di luar Chechnya jadi mungkin atau mungkin juga tidak saya tidak bisa bicara tentang mereka sebagai bagian dari Chechnya, masyarakat Chechnya atau lingkungan Chechen”kata Aslan.

Aslan Doukaev mengatakan kedua anak muda itu tidak seperti pelaku-pelaku teror lain.

 “Saya pribadi sedikit bingung karena mereka tidak masuk profil teroris Kaukasus Utara pada umumnya.  Mereka tinggal di kota.  Mereka berpendidikan tinggi. Mereka mungkin sangat menyatu dengan warga Amerika. Jadi mereka tidak seperti profil orang-orang yang saya – sebagai wartawan – kenal”ujarnya.

Stephanie Nawyn – asisten profesor Ilmu Sosiologi di Universitas Michigan – mempelajari tentang pemukiman kembali para pengungsi dan integrasi sosial pengungsi ke dalam masyarakat setempat. Ia mengatakan banyak pengungsi di negara baru yang tidak merasa memiliki atau tidak merasa menjadi bagian di negara baru tersebut.

 “Umumnya butuh waktu sekitar 5-6 tahun agar mereka bisa merasa menjadi bagian dari komunitas baru tersebut.  Kebanyakan pengungsi sebenarnya merasakan hal ini – merasa bersatu dengan komunitas dimana mereka tinggal.  Tetapi keterasingan awal ini merupakan hal yang biasa terjadi.  Namun sangat jarang yang mewujudkan rasa keterasingan ini menjadi tingkah laku anti-sosial”ungkapnya.

Ia mengatakan ketika kekerasan terjadi biasanya ini dilakukan oleh anak-anak muda yang pindah ke Amerika ketika masih anak-anak.  Stephanie Nawyn juga melihat perbedaan antara pengungsi perempuan dan laki-laki. (VOA)

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending