KBR68H - Industri unggas di Cina merugi hingga 10 milyar Yuan atau sekitar Rp15 triliun rupiah, sepekan setelah virus flu burung varian baru H7N9 menular ke manusia.
Pemerintah Cina melalui media massa terus berusaha untuk mencegah kepanikan warga akibat penularan virus flu burung.
Kementerian Kesehatan Cina menyatakan dalam situsnya, bahwa unggas dan telur tetap bisa dikonsumsi asalkan dimasak hingga matang.
Editorial harian Global Times menulis adanya kecemasan warga mengkonsumsi unggas. Hal ini dianggap sebagai bencana bagi industri unggas di Cina. Karena itu, menurut Global Times, keputusan tidak mengonsumsi unggas sangat tidak adil bagi para peternak.
Global Times menyebutkan keputusan menghindari konsumsi unggas merupakan kecemasan yang berlebihan. Harian ini mendesak masyarakat Cina untuk menunjukkan semangat kolektif atau kebersamaan daripada bersikap individualistis.
Jumlah penderita flu burung di Cina terus bertambah. Hingga kini sudah ada 60 orang terpapar varian baru flu burung dan 13 orang meninggal dalam dua pekan. Ada penambahan 20 kasus dalam sepekan dan untuk pertama kalinya diketahui menyebar ke luar Shanghai.
Para ahli mengkhawatirkan virus H7N9 akan bermutasi ke varian baru yang mudah menular dari manusia ke manusia. Hal ini bisa memicu pandemi atau penularan melalui populasi manusia secara meluas.
Meski begitu Organisasi Kesehatan Dunia WHO menyatakan belum ada bukti adanya penularan virus H7N9 dari manusia ke manusia. WHO meminta masyarakat tetap tenang menyikapi wabah flu burung di Cina.
Otoritas kesehatan di Cina belum mengetahui secara pasti bagaimana virus ini menyebar. Namun diyakini penyebarannya terjadi dari burung atau unggas ke manusia. Inilah yang kemudian mendorong adanya pemusnahan unggas secara besar-besaran di sejumlah kota. Beijing saat ini telah melarang perdagangan unggas hidup. (AFP)