Peng Liyuan, Michelle Obama dari Cina

KBR68H- Peng Liyuan, memulai debutnya sebagai First Lady Cina saat mendampingi suaminya, Xi Jinping dalam lawatan pertama ke luar negeri sebagai presiden baru negara Cina. Mengenakan mantel yang anggun, ia berdiri di samping Xi ketika mereka tiba di Moskow, pemberhentian pertama dari tiga negara perjalanan Xi.

"Kami selalu melihat ke depan untuk memiliki First Lady elegan yang rapi ke dunia luar," kata seorang pejabat Cina. "Sekarang kami memilikinya."

Sambutan meriah juga datang dari warga Cina yang mengomentari Ibu negara di laman jejaring sosial.

"AS memiliki Michelle (Obama), kita memiliki Peng Liyuan," tulis mikro-blogger @ mlxftmilixiaofantuan.

Peng bukanlah sosok yang asing bagi warga Cina. Dia adalah seorang penyanyi soprano populer yang dikenal luas di Cina dengan lagu-lagu rakyat patriotik.

Peng lahir dari keluarga seniman di Provinsi Shandong. Ibunya adalah seorang anggota rombongan seni lokal, ayahnya adalah seorang kurator museum lokal.Pada usia 14, Peng terdaftar di sebuah universitas lokal seni dan desain. Empat tahun kemudian, ia bergabung dengan rombongan seni dari Tentara Pembebasan Rakyat.

Dia memegang gelar master dalam musik etnik tradisional dan sekarang menjabat sebagai dekan dari Akademi Seni Tentara Pembebasan Rakyat. Dia memegang pangkat seorang mayor jenderal. Peng telah tampil di acara gala tahunan TV hampir setiap tahun sampai tahun 2007, ketika Xi dipromosikan ke papan atas oleh Partai Komunis, Peng diam-diam memudar dari pandangan publik.

Analis politik mengatakan, Peng telah membantu melembutkan citra publik Jinping Xi. Dia menjadi duta untuk pengendalian tembakau pada tahun 2009. Tahun lalu, ia diangkat sebagai duta untuk memerangi TB dan HIV / AIDS untuk Organisasi Kesehatan Dunia, sebuah inisiatif dibantu oleh Bill dan Melinda Gates Foundation.

Peng diyakini akan membantu memoles citra China di luar negeri dengan memproyeksikan sentuhan lembut.

"Saya percaya Peng memiliki prasyarat dan kemampuan untuk berkontribusi dalam diplomasi Cina," kata Liu Guchang, bekas duta besar untuk Rusia.(CNN)