Bagikan:

Tolak Gerakan Anti-Muslim, Katedral di Jerman Matikan Lampu

Pemimpin umat Katolik di Jerman mengecam aksi pawai oleh gerakan anti-Muslim yang tumbuh di akar rumput. Penolakan aksi ini dilakukan pemimpin Katedral Cologne dengan mematikan lampu di bangunan bersejarah itu pada Senin (5/2) malam.

INTERNASIONAL

Sabtu, 03 Jan 2015 15:44 WIB

Author

Anto Sidharta

Tolak Gerakan Anti-Muslim, Katedral di Jerman Matikan Lampu

Tolak Gerakan Anti-Muslim, Katedral di Jerman

KBR -  Pemimpin umat Katolik di Jerman mengecam aksi pawai oleh gerakan anti-Muslim yang tumbuh di akar rumput. Penolakan aksi ini dilakukan pemimpin Katedral Cologne dengan mematikan lampu di bangunan bersejarah itu pada Senin (5/2) malam.

Munculnya kelompok yang menamakan “Warga Eropa Patriotik terhadap Islamisasi Barat (Pegida)” telah mengguncang pendirian politik di Jerman. Kondisi ini juga mendorong Kanselir Jerman, Angela Merkel berkata keras dalam amanat tahun barunya bahwa pemimpin kelompok itu rasis, penuh kebencian, karenanya warga harus berhati-hati.

Pawai mingguan terakhir Pegida dilakukan di timur kota Dresden dan telah menarik sekitar 17 ribu orang. Gerakan itu direncanakan dengan pawai lanjutan di kota-kota lain, termasuk melintasi pusat Cologne pada Senin malam.

"Pegida terdiri dari campuran manusia yang mengherankan, mulai dari pemimpin rasis dan sayap kanan ekstrim,” kata Pemimpin Katedral, Norbert Feldhoff. “Dengan mematikan sorot lampu kita ingin membuat orang-orang yang berpawai itu berhenti, dan berpikir. Itu adalah sebuah tantangan. Mempertimbangkan siapa Anda yang berbaris bersama”.

Rumah opera Semperoper yang terkenal di Dresden juga memadamkan lampu sebagai protes selama pawai Pegida di kota itu.

Sebuah jajak pendapat pada Kamis (1/1) lalu menyatakan 1 dari 8 orang Jerman akan bergabung dengan pawai anti-Muslim jika Pegida diselenggarakan satu di kota asal mereka.

Banyak warga Jerman khawatir tentang jumlah pencari suaka yang masuk negara itu. Jumlahnya melonjak menjadi sekitar 200 ribu pada 2014, empat kali jumlah pada 2012. Imigrasi juga tinggi dalam dua dekade terakhir.

Kelompok anti-imigrasi, yang memanfaatkan kekecewaan pemilih dengan penghematan ekonomi, telah melonjak popularitasnya di sejumlah negara Eropa, termasuk Prancis, Inggris, Swedia, dan Belanda. (theguardian.com)

Editor: Anto Sidharta

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending