KBR, Jakarta- Banyak cara membina
hubungan antar negara. Salah satunya melalui medium olahraga. Olahraga
merupakan sarana diplomasi yang memiliki banyak kelebihan. Banyak negara
membina hubungan dengan negara lain dengan menggelar pertandingan olahraga
persahabatan. Selain menyehatkan, cara ini efektif karena
menyenangkan.
Hal ini disadari Pemerintah Jepang yang juga memanfaatkan olahraga sebagai
sarana memperkuat hubungan dengan Indonesia. Melalui Japan International
Cooperation Agency (JICA), pemerintah Jepang telah mengirim beberapa relawan
melalui program Japan Overseas Cooperation Volunteer (JOCV) untuk turut membina
olahraga atletik.
Salah satunya adalah Tanji Hiroki, seorang tenaga ahli muda yang sehari-hari
beraktifitas di Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar Daerah (PPLPD),
Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Berawal dari rasa penasaran ingin bekerja di luar negeri, ia mencoba program
JOCV. "Sebelumnya saya memang spesialis bidang atletik beberapa tahun di
Jepang, jadi saya ingin menggunakan keterampilan itu", ujar Tanji dalam
perbincangan Ruang Publik pada Jumat (07/10/2016) lalu.
Selama hampir dua tahun di Bogor, Tanji mengaku senang melatih meski dengan
keterbatasan bahasa Indonesia pada awalnya. "Saya persiapan bahasa
Indonesia dulu selama 70 hari, dan lanjut belajar bahasa di Yogyakarta",
tambahnya.
Tanji fokus melatih nomor atletik lempar cakram, tolak peluru, lontar martil,
dan lempar lembing.
Sementara itu, Direktur Teknik Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar Daerah
(PPLPD) Kab. Bogor, Yadi Mulyadi mengatakan kehadiran tenaga ahli muda dari
Jepang sangat membantu peningkatan kualitas para atlet muda. Dengan adanya 17
cabang olahraga yang dibinakan, kata dia, tentu membutuhkan tenaga ahli.
Keberhasilan atlet, lanjut Yadi, tentu tak terlepas dari binaan pelatih. Dan
pelatih dari Jepang, tambahnya, punya teknik berbeda yang bisa diadaptasi oleh
atlet lokal.
"Semisal tehnik lari. Biasanya kan lebih pada tumpuan kaki, tapi di Jepang
itu lebih pada tehnik dengan tumpuan utama bokong, dan tungkai atas. Yang
menarik dilakukan (Tanji), lewat video dan foto, dia bisa tahu kemampuan tiap
atlet per detik, berapa langkah berapa meter. Selama ini, kita tidak pernah
mengembangkan itu", pungkas Yadi. Cara ini, tambahnya, akan
memampukan pihaknya untuk mengetahui perkembangan kualitas atlet dengan lebih
detail.
Yadi mengakui melalui kerjasama itu keberhasilan mulai terlihat. "Tahun
2014 Kejurnas atletik di Minahasa, Kab. Bogor tidak dapat satu pun medali. Lalu
2015, (kejuaaraan) di Aceh, kita hanya dapat 6 perak. Dan kemarin 2016,
Kejurnas di Jakarta, kita dapat 2 medali emas. Jadi jelas grafiknya
meningkat", tutup Yadi. (Mlk)
Ruang Publik mengudara di 100 radio jaringan KBR, senin – jumat jam 9 WIB. Siaran juga bisa disimak melalui www.kbr.id