Bagikan:

Dulu Lapangan Bola, Kini Lahan Subur

Pagi itu Mama Ta menjual mentimun seharga Rp 100 ribu. Hasil penjualan ini menjadi rekor di Kelompok Tani Organik Woka atau biasa kami sebut Woka Organik. Kelompok tani yang berada di Kalu, Kelurahan Prailiu, Kecamatan Kambera, Kabupaten Sumba Timur, Nus

INTERMEZZO

Selasa, 15 Apr 2014 20:38 WIB

Dulu Lapangan Bola, Kini Lahan Subur

Lapangan Bola, Lahan Subur

KBR68H, Waingapu - Pagi itu Mama Ta menjual mentimun seharga Rp 100 ribu. Hasil penjualan ini menjadi rekor di Kelompok Tani Organik Woka atau biasa kami sebut Woka Organik. Kelompok tani yang  berada di Kalu, Kelurahan Prailiu, Kecamatan Kambera, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur NTT itu masih berusia sangat muda yakni dua bulan.

Mentimun milik Mama Ta dibeli oleh juru masak Rumah Sakit Kristen Lindimara yang setiap harinya bertugas menyiapkan makanan untuk pasien. Tidak semua mentimun yang terjual itu milik Mama Ta, sebagian diantaranya ditanam oleh anggota lainnya. Selain Mama Ta, ada juga Mama Des yang menjual sayur Pakcoy alias sawi. Selain tetangga, penjual sayur pun membeli di situ.

Salah satu pedagang sayur di Pasar Praliu, Mama Ale, sering memborong sayur di kebun ini. Ia mengaku, sayur yang dihasilkan di lahan ini berkualitas baik.

“Beberapa hari terkahir ini selalu ambil sayur di kebun Woka Organik kadang sekali beli saya ambil dengan harga 50 ribu, trus dijual  lagi di pasar, kata yang beli beli sayur ini enak, tidak pahit seperti sayur dari tempat lain yang ada rasa pahit,” jelas Mama Ale.

Namun, siapa sangka, lahan tempat menanam sayur-mayur itu dulunya adalah lapangan sepak bola. “Dulunya beberapa orang sudah pernah patah kaki karena bermain bola di sini, memang betul sudah, dari pada lahan ini dipakai bermain bola, lebih baik untuk tanam sayur,” cerita Mama Wanto.

Selama ini, Sumba Timur dikenal sebagai daerah yang kering dan kerap gagal panen. Namun, capaian Kelompok Tani Organik Woka menjungkirbalikkan kekhawatiran soal sulitnya bertani di daerah ini. Bahkan, staf Kementerian Pertanian di Jakarta, keturunan Sumba, mengirimkan bibit tomat, mentimun, paria, kangkung, terong dan masih banyak lagi. Ia mengetahui perkembangan kelompok tani ini dari laman Facebook yang kita unggah.

Dari sinilah harapan semakin menguat. Apalagi, kata Pembimbing Woka Organik, Rahmat yang kerap disapa Kang Bayan, peserta kelompok tani antusias dalam menanam. 

“Kelompok Woka Organik tadi hanya biasa-biasa saja, melihat kemudain sekarang sangat dahsyat, bahkan seperti  binaan asli keinginannya. Yang lebih membanggakan saya adalah tingkat  kemandirian mereka, begitu diinstruksikan butuh pupuk mereka sudah berburu pupuk,” jelas Rahmat.

Bahkan, pembawa acara “Ayo Bertani Organik” di Radio Max FM Waingapu itu mengatakan, anggota kelompok tani sudah mempersiapkan pupuk bukan hanya untuk satu kali tanam, tapi untuk tanam kedua dan ketiga.

Editor: Anto Sidharta

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending