Bagikan:

Mie Sua, Menu Wajib Rayakan Imlek

Perayaan Imlek merupakan perayaan malam tahun baru atau Sa Cap Meh, bagi pemeluk ajaran Kongcu atau Khonghucu. Pada perayaan yang ke-4500 ini yang jatuh pada tahun 2564 berdasarkan penanggalan Konghucu, warga Tionghoa yang tinggal di kabupaten Jombang, Ja

INTERMEZZO

Selasa, 12 Feb 2013 10:33 WIB

Author

Suara Warga

Mie Sua, Menu Wajib Rayakan Imlek

Mie Sua, Imlek

KBR68H, Jombang – Perayaan Imlek merupakan perayaan malam tahun baru atau Sa Cap Meh, bagi pemeluk ajaran Kongcu atau Khonghucu. Pada perayaan yang ke-4500 ini yang jatuh pada tahun 2564 berdasarkan penanggalan Konghucu, warga Tionghoa yang tinggal di kabupaten Jombang, Jawa Timur pun tidak meninggalkan menu wajib yakni Mie Sua yang lazim disebut sebagai mie panjang usia.

Erlina atau yang memiliki nama lain Jing Ling (41) mengungkapkan, tradisi-tradisi leluhur masih ia praktekkan. Perempuan yang kesehariannya sebagai ibu rumah tangga ini mengaku tidak pernah absen membuat menu wajib yakni mie sua setiap tahun baru imlek datang.

“Di dalam menu masakan mie sua banyak makna-makna kehidupan yang dapat diuraikan, setiap bahan yang tercampur dalam menu tersebut adalah cermin dari sebuah perjalanan hidup selam satu tahun kedepan,” ungkap perempuan berambut pendek tersebut sembari menghidangkan semangkuk Mie Sua.

Lebih lanjut Erlina menyebutkan makna di setiap bahan-bahan yang tercampur dalam mie sua, diantaranya adalah rebung bermakna harapan dan keberuntungan, rumput Laut hitam (Fucai) bermakna kemakmuran, mie (mie sua) bermakna panjang umur, ayam dan ikan bermakna kebahagiaan dan keberuntungan, bebek bermakna kesetiaan dan ketaatan, dan haisom (Teripang laut) bermakna kesehtan.

Mie Milik Kaum Tua

Meski banyak generasi muda dengan gaya hidup modern sudah mulai melupakan tradisi tersebut, Erlina berharap peninggalan leluhur berupa resep masakan dan hidangan lezat yang mengandung do’a itu tidak lenyap ditelan masa.

Menurutnya, mie sua yang memang wajib dikonsumsi saat perayaan imlek sudah mulai ditinggalkan, hanya orang-orang tua yang masih memegang tradisi saja yang melakukannya.

“Sekarang khan sudah modern jadi banyak anak-anak muda yang sudah lupa tradisi-tradisi leluhur termasuk tradisi memasak mie sua ini,” terang Erlina.

Sementara Yusiyanto yang akrab disapa Yosyang (45), ketua organisasi Ikatan Indonesia Tionghoa (INTI) di kabupaten Jombang menyatakan, di kota kecil yang sebagian besar warganya adalah muslim warga Tionghoa tidak sulit dalam merayakan Imlek, termasuk bagaimana mendapatkan bahan makanan yang dibutuhkan sebagai pelengkap perayaan Imlek. Sehingga pembuatan mie sua pun tidak pernah terkendala bahan baku, hanya tergantung pada kehendak si pembuat saja.

“Jika ingin membuat mie sua yang mudah bisa beli di toko bahan makanan dan kue yang ada ditengah kota, harganya pun terjangkau,” kata Yusiyanto.

Sebagai penghormatan, setiap tamu yang datang kerumah pun diharapkan bisa mencicipi mie sua. Selain mie sua, katanya, makanan lain yang wajib ada adalah kue keranjang yang bermakna kerukunan dan jeruk Mandarin yang melambangkan kekayaan, keberuntungan dan keutuhan. (Eka Rimawati)

Sumber: Radio Suara Warga Jombang

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending