Nasi tiwul berwarna coklat dan pera alias kaku. Biasanya disantap bersama nasi putih , campurannya terserah selera. Lauknya boleh pilih. Pengunjung biasanya menyukai urap atau oseng plus sayur kalakan. Yang terakhir adalah sayur ikan pari bersantan yang pedas. Dulu sebagian menggunakan kelong alias hiu muda. Berhubung hiu termasuk ikan yang dilindungi, semestinya dihindari yaaaa.
Balik ke soal menu tiwul lagi. Selain ikan yang disayur, pengunjung bisa memilih ikan goreng dibalut tepung dari bahan tiwul. Dan yang tak boleh ketinggalan adalah sambel korek, yang oleh warga setempat disebut sambel bawang. Segelas es kelapa gula Jawa akan mengurangi serangan pedasnya. Harganya terjangkau. Seporsi nasi tiwul sekira 15 ribu-20 ribu. Tapi bisanya kalau rombongan, disajikan prasmanan.
Untuk menikmati nasi tiwul, tak selalu harus datang ke warung-warung pinggir laut. Di wilayah pemukiman tiwul juga kerap dijajakan keliling. Yang lebih unik nasi tiwul dibungkus daun jati. Lauknya urap atau oseng, ikan asin plus sambal. Harganya? Cukup 2000 hingga 4000.
Tiwul
Nasi tiwul dibuat dari tepung singkong. Tepung berasal dari singkong yang dikeringkan dan ditumbuk kasar. Tepung tiwul diletakkan pada tampi lalu diperciki air, lalu diaduk dengan telapak tangan dengan cara memutar.
Jika air dan tepung bercampur merata, lalu ditampi, juga dengan cara memutar. Ini gampang-gampang susah. Di Pacitan,aktivitas ini disebut muyu. Jika menampinya benar, di bagian tengah akan terkumpul butiran-butiran tepung yang lebih besar ketimbang yang berada di pinggir. Setelah ditampi adonan lalu dikukus sekira 30 menit.
Kalakan
Kalakan dibuat dari ikan yang diasapi. Potongan ikan (kadang ditusuk-tusuk seperti sate) dimasukan ke dalam santan kental yang mendidih dan sudah dibumbui garam, cabe, bawang merah, bawang putih, laos, daun jeruk dan kencur.