Januari lalu, seorang remaja laki-laki berusia 14 tahun dielu-elukan sebagai pahlawan di Pakistan karena berhasil menghentikan aksi bom bunuh diri.
Tapi dia membayar mahal dengan nyawanya. Dia tewas di pintu gerbang sekolah, demi menyelamatkan teman-temannya yang saat itu tengah berkumpul untuk upacara pagi.
Sebuah helikopter mengirimkan karangan bunga dari Panglima Militer Pakistan….
Jenazah Aitzaz Hassan Bangash digiring oleh tentara.
Ratusan orang berkumpul di sini untuk memberikan penghormatan terakhir mereka kepada remaja 14 tahun ini.
Salah satu yang ada di kerumunan adalah ayah si bocah, Mujahid Ali.
Dia sedang di Dubai saat bom meledak. Dia baru tahu soal peristiwa itu dari tayangan TV.
“Saya mencoba menghubungi Aitzaz tapi telfon selularnya tidak aktif. Saya kemudian menghubungi adik saya dan dia lah yang memberitahukan saya tentang kematian Aitzaz. Saya bersyukur kepada Tuhan atas pengorbanannya. Saya merasa sangat bangga…Tidak hanya saya, tapi seluruh suku Bangash merasa sangat bangga….”
Bagi teman-temannya, Aitzaz adalah seorang pahlawan.
Saat itu, Aitzaz tengah menuju ke sekolah. Dia berpapasan dengan si pelaku bom bunuh diri yang juga mengenakan seragam sekolah.
Qaiser Huassain yang berusia 20 tahun ada bersamanya saat kejadian.
“Kami menanyakan kepada si pelaku, Anda mau kemana? Si pelaku menjawab, dia adalah siswa baru di sekolah. Kami curiga. Saya kemudian bilang ke Aitzaz kalau dia mengenakan jaket bom bunuh diri. Aitzaz meminta kami untuk segera lari menyelamatkan diri. Aitzaz menantang si pelaku. Si pelaku meledakkan bom saat Aitzaz menjatuhkannya ke tanah dan berkelahi.”
Foto remaja ini masih dipasang di bangku sekolah yang biasa didudukinya.
Kakak laki-laki Aitzaz, Mujtaba Hassan mengatakan simpati publik membantu keluarga mereka dalam melewati masa-masa berduka ini.
“Di rumah, rasa duka atas kepergiannya begitu mendalam tapi ketika kami ke luar rumah dan melihat simpati dari masyarakat, kami menjadi sangat senang.”
Keluarga akan menerima santunan sebesar 600 juta rupiah dari pemerintah daerah Khyber Pukhtunkhwa.
Dan namanya akan diabadikan menjadi nama sekolah tersebut.
Penduduk Pakistan membandingkan Aitzaz dengan Malala, seorang anak perempuan yang ditembak Taliban pada Oktober 2012 karena gencar mengkampanyekan pendidikan bagi anak laki-laki dan perempuan.
Remaja yang Hentikan Bom Bunuh Diri itu Jadi Pahlawan
Ratusan orang berkumpul di sini untuk memberikan penghormatan terakhir mereka kepada remaja 14 tahun ini.

INDONESIA
Senin, 29 Des 2014 15:24 WIB

Pakistan, Atizaz Hassan Bangash, bom bunuh diri, Shahab-ur-Rahman
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai