Sebuah iklan yang belum lama ini muncul di surat kabar milik pemerintah negara, mengajak perempuan untuk bergabung menjadi tentara.
Kandidat perempuan yang dicari mestilah lajang, berusia antara 25 sampai 30 tahun.
Ma Phyu yang berusia 23 tahun yakin bakal diterima.
“Ini kali pertama perempuan dapat posisi di militer. Saya ingin sekali ikut walau kompetisinya akan berjalan ketat. Mereka juga akan mendapat gaji. Begitu kandidat selesai diseleksi, mereka akan ditugaskan diberbagai daerah.”
Ma Phyu bukanlah nama asli. Ia memilih memakai nama samaran karena khawatir wawancaranya dengan media bisa mengganggu peluangnya diterima masuk militer.
Di masa lalu, perempuan hanya bisa melamar masuk militer sebagai perawat.
Tapi sekarang tentara membuka lowongan posisi manajemen untuk perempuan meski mereka tak bakal dikirim ke medan perang.
May Sabe Phyu dari LSM jaringan Kesetaraan Gender menyambut baik keputusan itu.
“Sekarang meski masih sedikit perempuan yang bisa masuk, ini adalah pertanda baik dalam proses reformasi di negara kita.”
Setiap kandidat harus melamar ke kantor komando militer di Yangon.
Bagi pelamar berumur 22 tahun ini, dunia militer sudah mengalir dalam darahnya.
“Semua anggota keluarga saya adalah anggota militer - kakek, ayah dan adik lelaki saya. Dan pastinya saya akan bangga bila berhasil masuk tentara juga. Sekarang mereka membuka lowongan di militer dan tentu saja saya akan ikut melamar.”
Militer Burma menguasai negara itu lebih dari 30 tahun dengan catatan HAM yang buruk.... termasuk pemerkosaan terhadap perempuan di daerah konflik.
Kelompok pembela HAM ‘Kachin Free Burma’ baru-baru ini melaporkan ada gadis berusia 15 tahun dan ibunya yang diperkosa personel militer di Negara Bagian Kachin.
Pengamat internasional Human Rights Watch menyatakan para perempuan yang direkrut bisa jadi target pelecehan atau penganiayaaan seksual mengingat buruknya catatan HAM militer Burma.
Tapi ini rupanya tidak menyurutkan niat perempuan Burma untuk mendaftar.
Salah seorang kandidat yang dekat dengan militer mengatakan sejauh ini sudah 10 ribu perempuan yang melamar jadi tentara. Tidak ada jumlah resmi yang dirilis pemerintah.
Kelompok HAM lokal mendorong adanya perlindungan yang lebih besar bagi tentara perempuan.
U Aung Myo Min, direktur ornganisasi pendidikan HAM, Equality Myanmar.
“Kita harus memastikan akan ada UU yang melindungi perempuan dari pelecehan seksual saat bergabung dengan militer. Jika tidak, laki-laki tidak akan menghargai perempuan, apapun posisi mereka di militer, hanya karena mereka perempuan. Tanpa aturan yang jelas akan terjadi pelecehan seksual di lapangan.”
Banyak anak muda di Burma tumbuh besar dengan rasa tidak percaya pada militer...
Dan anak muda lah yang berada di balik pemberontakan menentang pemerintah militer.
Tapi Ma Phyu yakin sikap itu sudah berubah.
“Saya tahu apapun yang sudah dilakukan pemerintah sebelumnya akan berdampak pada pemerintahan Thein Sein. Dan seterusnya, apapun yang dilakukan pemerintahan saat ini akan berdampak pada pemerintahan berikutnya. Tapi saya tidak mempersoalkannya. Jika kita melakukannya dengan baik di masa depan, kita akan baik-baik saja.”