Bagikan:

Tari Tradisional Burma Terancam Punah

Dulu ada sekitar 40 kelompok tari tradisional di Kota Mandalay, namun kini hanya ada 4.

INDONESIA

Sabtu, 21 Des 2013 11:25 WIB

Tari Tradisional Burma Terancam Punah

Burma, tarian, Anyeint Pwe, Mandalay, Banyol Kong Janoi dan Paing Soe

Kota Mandalay di Burma Tengah dikenal dengan pertunjukan tari tradisionalnya.

A-Nyeit Pwe adalah perpaduan antara tari tradisional dan komedi, dan pertunjukan ini sangat populer di Burma.

40 tahun lalu, ada 40 kelompok tari ini yang berkeliling dari satu tempat ke tempat lain... tapi kini hanya ada 4.

Ribuan orang datang untuk menyaksikan pertunjukan A-Nyeit Pwe …sebuah perpaduan seni tari dan komedi.

Toe Toe yang baru beruisa 30 tahun adalah salah satu bintang pertunjukan…

Orangtuanya tidak mendukung pilihan karirnya di bidang hiburan dan dia pun tak punya pelatihan formal.

“Awalnya saya meminta bantuan gadis-gadis penari untuk mendandani saya. Tapi kemudian tidak berhasil karena orang-orang tidak ingin berbagi ilmu tata rias. Lalu saya memulai berkarir sebagai pelawak karena pekerjaan itu tidak membutuhkan tata rias.”

Kini dia seorang pelawak lokal terkenal.

Ma Aye Aye Khaing, seorang ibu berusia 38 tahun dan punya tiga anak ini sangat antuasias menyaksikan pertunjukannya.

“Ketika saya muda, saya selalu menonton pertunjukan seperti ini. Bagian yang paling saya suka adalah saat pelawak melucu.”

Penonton lain adalah Ma Nay Nwe Win, seorang pekerja di LSM lokal.

Dia ada di sini untuk mendukung pertunjukan tradisional yang hampir punah ini.

“Kita harus melestarikan kebudayaan tradisional kita.”

Banyak warga Burma yang lebih memilih menonton TV ketimbang kesenian ini.

Moe Moe thu, seorang penjaga toko berusia 20 tahun mengatakan TV jauh lebih mudah dimengerti.

“Saya suka hiburan modern karena sangat mudah dimengerti.”

Kelompok-kelompok seni itu tengah berjuang untuk terus bertahan.

Ketika rezim militer berkuasa, banyak pertunjukan yang dilarang.

Pelawak terkemuka, U Chit Sayar mengatakan kelompok-kelompok seni harus mendapatkan izin dari pemerintah untuk dapat tampil di hadapan masyarakat.

“Kini, semuanya telah berubah tapi kebiasaan para pejabat tidak berubah. Saat kami minta izin pemerintah mereka menyuruh kami menghubungi departemen  kesehatan, polisi dan lainnya. di saat yang sama, korupsi masih jadi masalah. Kami harus memberikan uang yang jumlahnya jauh lebih besar daripada pendapatan kami dan itu tidak sebanding.”

Dia khawatir, bentuk kesenian itu akan hilang.

“Kami menemukan cara untuk mengatasinya. Kami mengadakan kompetisi dan menyiarkannya secara langsung. Banyak penampil muda yang mengatakan ingin ikut kompetisi. Ini pertanda baik.”

Tapi ada sejumlah seniman muda yang bertekad melestarikan kesenian tersebut, seperti Toe Toe.

“Saya sadar bahwa saya tidak akan bisa kaya dari pekerjaan ini tapi ini hobi saya. Saya akan melakukan ini sampai menghembuskan nafas terakhir. Saya harap masyarakat akan mendukung pertunjukan saya.”



Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending