Bagikan:

Pendiri Klinik Pengungsi Karen Terima Sydney Peace Award

Cynthia Maung dikenal sebagai

INDONESIA

Minggu, 22 Des 2013 23:17 WIB

Pendiri Klinik Pengungsi Karen Terima Sydney Peace Award

Burma Cynthia Maung, health clinic, Thai-Burma border

Seorang dokter dari Burma meraih Sydney Peace Award tahun ini. 


Cynthia Maung dikenal sebagai ‘dokter pengungsi’. 


Dua puluh lima tahun lalu ia mendirikan klinik Mae Tao di perbatasan Thailand-Burma. 


Klinik ini memberikan pelayanan medis kepada ribuan pengungsi yang sebagian besar adalah etnis Karen. Mereka terpaksa menjadi pengungsi karena konflik separatis di negara bagiannya.


Dr Cynthia Maung mengatakan penghargaan itu juga membantu menyoroti penderitaan para pengungsi, bukan hanya akibat konflik tapi juga pembangunan ekonomi di Myanmar. 


Sen Lam dari Radio Australia berbincang dengan Dr Cynthia Maung. 


***


“Hampir sepertiga penduduk di Burma adalah masyarakat etnis dan 70 persen penduduk tinggal di pedesaan. Meski ada reformasi demokrasi dan perubahan politik di Burma, kami belum melihat banyak perubahan di tengah masyarakat yang rentan. Pembicaraan soal gencatan senjata masih berjalan tapi di lapangan kondisi masyarakat masih menderita termasuk tidak bisa mengakses layanan kesehatan. Selain itu, masalah pendidikan dan perlindungan juga masih belum teratasi.” 


Q. Penderitaan etnis Karen dan kelompok minoritas lainnya di Burma tidak menonjol dalam pemberitaan internasional. Apakah penghargaan yang Anda terima bisa mengubah itu?


“Ya semua kelompok etnis dan masyarakat Burma sangat membutuhkan kesepakatan yang berkelanjutan dan jangka panjang agar bisa menjadi negara damai dan demokratis. Jadi kami merasa kalau partisipasi setara dan dialog terbuka bagian terpenting untuk mempromosikan hak asasi manusia.”


“Ekonomi dan investasi makin terbuka. Tapi kami ingin melihat investasi yang lebih bertanggung jawab di Burma. Banyak tanah petani dirampas dan makin banyak pos militer yang didirikan di desa-desa. Ini membuat rasa tidak aman dan ketidakpastian masih terasa. Padahal orang-orang yang terpaksa meninggalkan rumah mereka selama beberapa dekade, ingin pulang ke rumah dan tinggal di desanya sendiri. Mereka ingin menjadi masyarakat yang bisa berkontribusi pada pembangunan komunitasnya. Namun saat ini masih terlalu berbahaya bila mereka pulang ke rumah walau tujuannya untuk meningkatkan  kualitas hidup dan memperbaiki kondisi keluarga mereka.”


“Saat ini, ada kekhawatiran di negara bagian Karen atau negara bagian etnis lain soal investasi. Kami sudah menyaksikan apa dampak perubahan desa menjadi zona ekonomi. Terjadi perampasan lahan dan menyebabkan rusaknya lingkungan. Di beberapa tempat diterjang banjir dan ini berdampak besar pada kehidupan masyarakat sehari-hari. Dan kegiatan pos militer makin intensif di negara bagian Karen untuk melindungi proyek-proyek investasi. Ini semua membuat masyarakat merasa sangat tidak aman dan tidak bisa kembali ke komunitas mereka.”


Q. Anda diminta pemerintah untuk pulang ke Burma untuk membangun klinik serupa. Tapi Anda menolak. Mengapa? 


“Klinik ini memberikan pelayanan pada pengungsi dan komunitas migran di perbatasan Thailand-Burma. Mereka kesulitan untuk mengakses pelayanan kesehatan karena tempatnya sulit dijangkau dan ada masalah perbedaan bahasa. Jadi klinik ini tidak hanya menyediakan layanan kesehatan tapi juga sebagai pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan di sepanjang perbatasan Thailand-Burma. Klinik ini membantu kelompok etnis untuk membangun jaringan yang kuat dan meningatkan sistem kesehatan dalam masyarakat. Kami bekerja sama dengan berbagai kelompok etnis dan mendukung organisasi masyarakat untuk memberdayakan komunitas mereka sendiri.”  


 “Jadi ketimbang saya pulang ke Myanmar dan membangun klinik di sana, pemerintah Myanmar lebih baik membantu klinik kesehatan yang sudah ada. Pemerintah seharusnya membangun sarana kesehatan dan bekerja sama dengan organisasi kesehatan etnis. Langkah ini penting untuk memperbaiki layanan kesehatan atau sistem kesehatan di Burma, serta membangun sistem kesehatan yang terpusat dan demokratis.”


Q. Tapi bukankan bila Anda kembali ke Myanmar, Anda bisa membantu pemerintah memujudkan budaya menuju lebih demokratis? 


“Ya selain memberikan layanan kesehatan, kami juga memberdayakan organisasi masyarakat lokal dan masyarakat etnis. Pemerintah seharusnya mengakui semua sarana kesehatan yang sudah ada dan bekerjasama dengan mereka. Ini akan menciptakan persatuan yang lebih baik dan mempromosikan reformasi demokrasi.” 


Q. Waktu klinik baru dibuka Anda menggunakan penanak nasi untuk mensterilkan peralatan kesehatan. Bagaimana kondisi fasilitas klinik Anda sekarang? 

 

“Saat ini ada sekitar 600 pekerja kesehatan di klinik. Kami menyediakan layanan yang menyeluruh bagi masyarakat yang rentan termasuk layanan pencegahan dan kesehatan ibu dan anak.”


“Kami sudah menangani lebih dari 100 ribu kasus per tahun. Artinya, akses layanan kesehatan makin meningkat. Kami juga ingin memastikan kalau para penduduk sepanjang perbatasan bisa mengakses layanan kesehatan yang terdekat, yang tak jauh dari desa mereka.” 


“Kami ingin melihat para pekerja kesehatan kami yang sudah bekerja di perbatasan selama bertahun-tahun bisa pulang ke komunitasnya dengan damai. Jadi hubungan kerja para pekerja kesehatan dan organisasi komunitas sangat penting. Tujuannya untuk meneruskan ketersediaan layanan kesehatan, membangun partisipasi organisasi masyarakat, membangun sistem kesehatan dan kebijakan kesehatan di Burma.”

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending