Ada hubungan yang erat antara lumba-lumba Irrawaddy dengan nelayan Burma.
Setiap kali nelayan mengetuk kayu yang menempal di kedua sisi perahu, lumba-lumba akan mendekat... tahu kalau nelayan segera mulai bekerja.
Lumba-lumba lantas menggiring ikan dan memberi isyarat kepada nelayan, ke mana harus menebar jaring.
Sebagai hadiah, nelayan akan memberikan ikan pada lumba-lumba.
“Kami memanggil mereka, adik lumba-lumba. Mereka selalu membantu kami, itulah mengapa kami mengganggap mereka seperti saudara.”
Namun setelah bertahun-tahun membantu para nelayan bekerja, kini lumba-lumba tak lagi bersikap ramah kepada nelayan.
Penyebabnya adalah ‘Electro Fish’ atau alat pancing berlistrik.
Generator yang ada pada perahu menyalurkan energi listik pada baterai yang lantas disalurkan ke dalam air.
Alat pancing tersebut bisa memanggil dan menyetrum ikan, tapi juga bisa melumpuhkan lumba-lumba.
Lumba-lumba bisa tenggelam ketika mereka tak sanggup berenang ke atas permukaan air untuk bernafas.
“Lumba-lumba adalah mamalia laut yang sangat pintar. Mereka memiliki otak yang sama seperti manusia. Kini lumba-lumba menafsirkan panggilan manusia sama dengan kejutan listrik. Jika kita terus mengais rezeki dari memancing, maka kita harus berhenti menggunakan alat pancing elektronik.”
Asosiasi Pemandu Wisata Myanmar menyatakan pariwisata bisa jadi solusi.
Sebuah studi dilakukan dengan melibatkan pemandu wisata dan pejabat lokal, juga pakar lumba-lumba.
Memancing dengan alat pancing listrik melanggar hukum, tapi masih banyak yang melakukannya.
Kyaw Hla Thein, dari Kelompok Konservasi Hewan.
“Kami melakukan patroli dua kali sebulan di area konservasi ini. Ketika sedang berpatroli, kami menolong para lumba-lumba. Sekarang, kami juga melakukan program penyuluhan di sepanjang sungai ini.”
Proyek-proyek besar yang mengeruk sumber daya alam adalah bentuk ancaman lain bagi lumba-lumba dan juga bagi kelangsungan sungai.
Lewat penyuluhan kepada nelayan setempat, turis dan pejabat setempat, kelompok konservasi alam berharap ini bakal menjadi dasar bagi masa depan yang berkelanjutan.
Win Zaw Oo dari Asosiasi Pemandu Wisata Myanmar.
“Lebih dari 60 pemandu wisata setempat, 12 pemandu wisata dari Yangon dan 2 dari Bagan datang ke sini untuk mempelajari sungai dan lumba-lumba. Tujuan kami adalah untuk mengajarkan upaya melestarikan lumba-lumba.”
Nelayan seperti San Lwin mengatakan jika lumba-lumba tak ada, hasil tangkapan ikan bakal merosot.
“Dulu ketika memancing ikan, kita bisa mengandalkan lumba-lumba. Tapi sekarang, tidak lagi. Kita harus mengandalkan diri sendiri.”
Mereka yang sangat mengenal Sungai Irrawaddy bakal tahu kalau ada perubahan yagn tengah terjadi kata pemandu wisata Win Zaw Oo.
“Saya menghabiskan seumur hidup saya di Sungai Irrawaddy. Saya masih ingat betul, ada hutan yang cukup besar di delta sampai-sampai badak pun bisa menumpang hidup di sana. Sekarang hutan itu telah tiada.”
Butuh langkah tepat untuk bisa menyelamatkan lumba-lumba Irrawaddy.
Lumba-lumba Irrawaddy Terancam Punah
Lumba-lumba Irrawaddy hanya dapat ditemui di Asia Tenggara dan mereka terancam punah. Kini populasinya di dunia tinggal sekitar 6000 ekor.

INDONESIA
Sabtu, 14 Des 2013 13:29 WIB

Burma, Irrawady, lumba-lumba, pariwisata, DVB
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai