Bagikan:

Akibat Buruknya Aturan, Potensi Ekspor Makanan Mewah Jepang Turun

Tapi skandal pelabelan makanan beberapa waktu lalu telah merusak reputasi Jepang. Begitu pula berlanjutnya ketakutan soal kontaminasi nuklir pasca bencana Fukushima.

INDONESIA

Sabtu, 07 Des 2013 14:30 WIB

Akibat Buruknya Aturan, Potensi Ekspor Makanan Mewah Jepang Turun

Jepang, makanan, ekspor, ekonomi, Radio Australia

Ada suatu masa ketika makanan berlabel "Made in Japan" atau buatan Jepang dianggap yang terbaik.

Karenanya konsumen tak segan membayar mahal untuk kualitas itu – bahkan jika itu berarti 150 ribu rupiah untuk apel atau beberapa juta rupiah untuk sepiring steak daging sapi Kobe.

Tapi reputasi itu dirusak oleh skandal pelabelan yang terjadi beberapa waktu lalu. Ditambah kekhawatiran soal kontaminasi nuklir akibat bencana Fukushima tahun 2011 lalu.

Martin Frid dari Lembaga Konsumen Jepang.

“Mereka segera menghentikan penjualan semua barang yang terkontaminasi, sehingga tidak banyak dibahas media di sini. Meski saya harus katakan kalau beberapa makanan laut sudah dilarang beberapa negara lain seperti Korea Selatan. Menurut saya ada kekhawatiran karena tidak ada yang benar-benar tahu seberapa terkontaminasi laut di sini.”

Larangan hanya diberlakukan pada makanan yang berasal dari wilayah terdampak. Namun sejumlah negara telah menghentikan sementara pembelian dari Jepang.

Impor ikan, misalnya, merosot hingga seperempatnya sejak terjadi bencana.

Keluarga Wakako Takasaka telah mengimpor dan mendistribusikan makanan Jepang di Australia selama lebih dari 30 tahun.

Orangtuanya membangun bisnis Japan Foods Trading di Melbourne, ketika masih segelintir orang yang tahu soal makanan Jepang.

“Ketika orangtua saya pertama kali memulai bisnis, komunitas Jepangnya masih sangat kecil dan pastinya kebutuhan akan produk makanan Jepang juga lebih sedikit.”

Tapi pada tahun 90an semuanya berubah dan bisnis mulai berkembang pesat.

Tapi Wakako Takasaka mengatakan sejak terjadi bencana nuklir Fukushima, pembatasan impor yang sebelumya sudah berlaku makin ketat.

“Setelah terjadi gempa di Fukushima, ada pembatasan daerah asal pasokan makanan. Dan sejak itu sampai sekarang, kalau ada barang datang dari daerah yang dilarang, maka barang-barang itu langsung diuji oleh tim laboratorium saat  tiba di pantai Australia.”

Wakako Takasaka mengatakan pelanggan mereka juga sangat waspada terhadap potensi kontaminasi nuklir pada produk makanan "Made in Japan".

 “Banyak warga yang menghubungi kami. Banyak pelanggan kami yang menjual barangnya secara retail, bertanya tentang keamanan produk.”

Di Jepang, para konsumen terkejut dengan pengakuan beberapa hotel dan restoran di pusat perbelanjaan besar.

Kata mereka, bahan makanan mewah dalam daftar menu mereka kerap ditukar dengan produk yang mutunya lebih rendah.

Misalnya, daging sapi impor dijual dengan label daging sapi wagyu bermutu tinggi.

Martin Frid dari Lembaga Konsumen Jepang mengatakan pengakuan itu menyakiti masyarakat Jepang.

“Mereka menjual makanan ini misalnya udang, dengan harga tinggi. Ini menakutkan dan menjengkelkan. Mereka jelas-jelas berbohong kepada masyarakat dan ini melanggar hukum termasuk di Jepang. Ini seharusnya tidak boleh terjadi. Sangat luar biasa ini bisa berlangsung selama bertahun-tahun.”

Skandal pelabelan ini mengancam usaha Perdana Menteri Shinzo Abe untuk meningkatkan industri ekspor dan membantu menggeliatkan kembali ekonomi negara itu.

Perdana Menteri Abe berharap bisa menggandakan pengiriman hasil pertanian, kelautan dan kehutanan pada 2020.

Bagian besar dari rencana itu adalah produk makanan Jepang berkualitas tinggi, seperti daging sapi Kobe, beras, buah dan sake.

Tapi Martin Frid mengatakan langkah Pemerintah ini keliru.

“Jika Jepang ingin dilihat sebagai eksportir makanan handal maka pemerintah harus jauh lebih transparan. Pemerintah juga harus lebih cepat menanggapi masalah ini. Mereka membutuhkan lebih banyak orang yang bisa mengatasi masalah ini dengan segera, sehingga tidak membesar seperti skandal ini.”

Soal pasar Australia, Wakako Takasaka percaya permintaan makanan buatan Jepang berkualitas tinggi masih terus ada.

Tapi bakal sulit memenuhi permintaan tersebut.

“Kita tahu tetap ada permintaan terhadap produk Jepang, tapi jenis barang yang bisa kami bawa dibatasi. Kita tidak bisa membawa semua produk susu Hokkaido ke Australia. Bagi kami, masalahnya terletak pada batasan yang ditetapkan Australia.”


Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending