Bagikan:

30 Tahun, Orang Sikh India Masih Mencari Keadilan

Kini komunitas Sikh meminta bantuan komunitas internasional.

INDONESIA

Jumat, 07 Nov 2014 17:57 WIB

30 Tahun, Orang Sikh India Masih Mencari Keadilan

India, Sikh, Kerusuhan, Indira Gandhi, Bismillah Geelani

Ratusan orang Sikh berunjuk rasa di dekat gedung parlemen di New Delhi.

Mereka membawa spanduk yang bertuliskan ‘Kami tidak akan lupa rasa sakit itu.’

Hampir semua dari pengunjuk rasa punya sanak saudara dan keluarga yang tewas saat kerusuhan anti-Sikh  tahun 1984.

Manjit Kaur baru berusia 15 tahun saat ia melihat ayahnya dibunuh dengan kejam.

“Ayah saya ditarik keluar dari kendaraannya dan para penyerang menaruh ban terbakar di lehernya. Lalu dia dipukuli dengan batang besi sampai mati. Apa yang dilakukannya sampai harus diperlakukan seperti ini?”, katanya.

Kerusuhan itu terjadi setelah Perdana Menteri saat itu, Indira Gandhi, dibunuh oleh dua pengawalnya yang adalah orang Sikh.

Lima bulan sebelum tewas, Perdana Menteri Indira memerintahkan operasi militer terhadap para pemimpin gerakan separatis Sikh di kuil tersuci mereka, Kuil Emas. Operasi militer itu membunuh lebih dari seribuan orang yang sebagian besar tidak bersalah.

Kedua pria yang membunuh Indira Gandhi kemudian diadili dan dieksekusi. Tapi tidak ada yang dinyatakan bersalah atau dipenjara atas kekerasan massa yang menewaskan 4 ribu orang Sikh setelahnya.

Manjinder Singh adalah Sekretaris Jenderal Organisasi Sikh, Dal Khalsa.

“Itu adalah pembantaian dan kami tidak melihat ada keadilan dalam tiga puluh tahun ini. Bagaimana kami bisa dapat bukti bila prosesnya seperti ini? Saat ini hampir semua orang yang mengajukan gugatan kasus ini sudah meninggal,” ujarnya.

Sikh menyalahkan beberapa pemimpin senior Partai Kongres yang berkuasa karena menghasut massa untuk memerangi mereka.

Namun hampir semua dari mereka telah dibebaskan dari tuduhan oleh pengadilan karena kurangnya bukti terhadap mereka.

Kini komunitas Sikh meminta bantuan komunitas internasional.

Para pengunjuk rasa berjalan kaki menuju kantor PBB di New Delhi, mendesak keterlibatan badan dunia itu. Sebagai bentuk solidaritas, banyak aktivis Tamil dan Kashmir juga ikut bergabung dalam aksi jalan kaki itu.

Manjinder Singh dari organisasi nasionalis Sikh, Dal Khalsa mengatakan intervensi international jadi satu-satunya harapan mereka agar bisa mendapat keadilan.

“Kami sedang mendekati PBB agar bisa mempertimbangkan masalah ini dan bisa membentuk sebuah komisi seperti yang mereka lakukan pada kasus kekejaman terhadap orang Tamil di Sri Lanka. Kami ingin India bertanggung jawab atas pembantaian orang Sikh.”

Pemerintah pusat pimpinan Narendra Modi yang berkuasa sejak awal tahun ini, telah mengumumkan pemberian kompensasi sejumlah Rp90 juta bagi setiap korban tewas dalam kerusuhan itu.

Beberapa tahun lalu, Pemerintahan Partai Kongres juga memberikan kompensasi dengan jumlah yang sama.

Tapi kerabat korban seperti Tejinderpal Singh hanya ingin keadilan.

“Kami tidak ingin kompensasi. Kami tidak ingin permintaan maaf. Kami ingin aksi. Jika Anda bisa melakukan sesuatu untuk masalah ini, lakukannlah. Jika tidak, berhentilah bersandiwara seperti yang dilakukan setiap tahun.”

Jumlah orang Sikh di India sekitar dua persen atau 20 juta jiwa dari keseluruhan populasi.

Meski militansi Sikh telah hampir sepenuhnya berakhir, namun masih ada bagian dari komunitas ini yang mendukung tuntutan negara merdeka yang disebut Khalistan.

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending