Di Burma, band underground kesulitan masuk ke industri musik.
Hanya sedikit orang yang punya akses internet dan produser musik enggan mempromosikan band underground lantaran dianggap tak menjanjikan.
Tapi setelah era sensor ketat selama 60 tahun, banyak anak muda yang membentuk band. Mereka menyuarakan opini mereka soal situasi politik dan ekonomi negaranya.
Salah satunya adalah band Fever 109. Ini adalah band metal yang dibentuk 5 tahun lalu oleh satu kelompok pertemanan.
Mereka bertemu secara rutin di studio musik untuk bermain.
Mereka punya cita-cita jadi musisi besar sehingga bisa selalu melakukan apa yang mereka suka.
Si Thu adalah gitaris band itu.
“Tak mudah membuat sebuah band, butuh waktu lama. Masalahnya adalah uang. Kami butuh seseorang yang bisa membantu mengatur jadwal panggung. Lalu seseorang yang mengatur pertunjukan musik aliran underground setiap tiga atau empat bulan sekali. Itu akan bagus sekali.”
Kerja keras mereka membuahkan hasil dan Fever 109 segera mengeluarkan album perdana mereka kata vokalis Adino.
“Kami ingin mengeluarkan album tahun ini. Tapi terlambat karena banyak alasan. Kami akan coba keluarkan album tahun depan. Kami merekam di studio ini.”
Band alternatif juga sulit mendapatkan kontrak rekaman.
Musik pop lebih banyak dicari kata Si Thu dan karenanya lebih menguntungkan.
“Produser akan cari untung. Mereka pilih musik yang bakal terkenal. Jadi kami mencari produser yang menyukai jenis musik kami.”
Kendala lainnya adalah banyaknya CD bajakan di pasaran.
Begitu lagu dirilis, versi bajakannya langsung ada di mana-mana.
Dan musisi lah yang menderita kerugian.
“Karena begitu banyaknya CD bajakan di pasaran, membuat produser enggan untuk memasarkan karya musik kami.”
Beberapa band menuding para produser lah yang menjual CD Bajakan untuk mengeruk keuntungan lebih besar.
Namun Fever 109 mengaku tak tertarik jadi kaya dan terkenal.
Mereka hanya ingin melakukan apa yang mereka suka: main musik metal.
Kembali vokalis band, Adino.
“Kami suka apa yang kami lakukan. Jika kami melakukan apa yang kami suka, pada akhirnya orang akan mengenal kita. Saya yakin jika band underground lainnya mau bekerja sama, kita bakal berhasil.”
West Coast City adalah band aliran R & B yang juga berasal dari Yangon.
Mereka baru saja mengeluarkan album perdana yang butuh 6 tahun untuk merampungkannya.
“Kami mencoba mencari seorang produser tapi kami tidak memiliki uang. Teman-teman juga membantu kami tapi sayangnya musik kami tak laku di pasaran.”
Meski banyak rintangan menghadang namun masa depan West Coast City nampak menjanjikan.
“Yang terpenting adalah terus berusaha. Anda harus fokus pada tujuan.”
Meski sulit bagi band-band underground untuk mendatangkan keuntungan tapi banyak band-band baru bermunculan.
Dan mereka berhasrat untuk menjadi musisi besar suatu hari nanti.
Mimpi Besar Band Underground Myanmar
Banyak anak muda yang membentuk band dan menyuarakan opini mereka lewat musik.

INDONESIA
Sabtu, 16 Nov 2013 14:16 WIB

Burma, band Underground, industri musik, Zaw Htet DVB
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai