Bagikan:

Simpati Bagi Korban Feri Korsel Berubah Jadi Pertikaian Politik

Survei terbaru di Korea Selatan menunjukkan kalau opini publik juga terbelah terkait penyelidikan ulang kecelakaan itu.

INDONESIA

Jumat, 17 Okt 2014 16:59 WIB

Simpati Bagi Korban Feri Korsel Berubah Jadi Pertikaian Politik

Korea Selatan, feri, Sewol, korban, Jason Strother

Saat kapal feri Sewol terbalik pada April lalu, anak Lee Jeong-chul yang masih remaja adalah satu dari 300-an penumpang yang tidak berhasil mencapai pantai. Sebagian besar korban adalah murid sekolah menengah. 
 
“Putra saya suka berolahraga dan seorang perenang yang hebat. Dia sering berenang di laut. Semua orang berpikir, kalau ada yang bisa keluar dari kapal itu, dialah orangnya,” kata Lee.

Selama dua bulan terakhir, Lee bergabung dengan orangtua korban lainnya dan para relawan di lapangan yang ada di pusat kota Seoul. Mereka mendirikan tenda dan duduk di atas matras di bawah payung-payung. Sementara itu para relawan meminta orang yang lalu lalang memberikan dukungan kepada keluarga korban.

Lee mengatakan aksi protes mereka bertujuan untuk memastikan tidak ada seorangpun termasuk politisi, yang melupakan tragedi yang menimpa anak-anak mereka.

“Kami adalah keluarga. Kami ingin negara yang lebih aman. Jadi hal seperti ini tidak boleh terjadi lagi dan para orangtua tidak perlu merasakan penderitaan seperti yang kami rasakan.”

Meski penyelidikan segera dilakukan pasca musibah itu, keluarga korban ingin ada penyelidikan ulang untuk mencari tahu masalah sebenarnya.

Mereka bekerja sama dengan para politisi dari oposisi Korea yang melobi keluarga untuk tujuan mereka. Tapi kesepakatan di Majelis Nasional baru-baru ini untuk membuka kembali penyelidikan, membuat banyak dari orangtua ini kecewa.

Itu yang dikatakan Jang Seong-hwe, seorang aktivis yang mendampingi keluarga korban kecelakaan.
 
“Kami tidak puas dengan kesepakatan itu karena keluarga korban tidak boleh terlibat dalam proses penyusunan prosedur baru untuk memandu penyelidikan.”

Jang mengatakan para keluarga dan pendukung mereka tidak akan berhenti berunjuk rasa.

Tapi mereka bukan satu-satunya yang berdemo di jalanan. Selama sebulan terakhir, aksi protes terhadap keluarga Sewol berlangsung tak jauh dari situ.

Kelompok ini menyerukan kepada para orangtua korban untuk mengembalikan uang sumbangan. Beberapa pendemo bahkan membakar bendera yang dibordir dengan pita kuning yang merupakan simbol korban Sewol.

Byun Hee-jae, seorang komentator media konservatif, adalah salah satunya. Menurutnya, awalnya semua orang merasa simpati pada para orangtua ini. Tapi sekarang, kata dia, mereka meminta terlalu banyak.

“Kita sudah melakukan penyelidikan. Hasilnya yang bersalah adalah perusahaan feri dan penjaga pantai. Tidak ada lagi yang perlu didiskusikan.”

Penyelidikan awal yang disebut Byun menemukan kalau Sewol mengalami kelebihan muatan saat berlayar hari itu. Modifikasi kapal secara ilegal juga membuat kapal tidak seimbang.
 
Beberapa kru kapal saat ini sedang menjalani persidangan. Jika terbukti bersalah,  mereka terancam hukuman mati akibat kelalaian yang menyebabkan kematian.

Byun baru-baru menulis di Twitter kalau perang melawan keluarga Sewol belum berakhir.

Survei terbaru di Korea Selatan menunjukkan kalau opini publik juga terbelah terkait penyelidikan ulang kecelakaan itu. Beberapa pihak ingin keluarga Sewol menyerah.

Michael Breen, penulis buku The Koreans, mengatakan simpati bagi para orangtua yang kehilangan akibat tragedi ini terlalu dipolitisir.

“Para keluarga korban ingin penyelidikan yang mendalam. Tapi pemerintah menolak tuntutan  itu. Alasan sebenarnya adalah mereka tidak ingin oposisi melakukan penyelidikan. Itu yang menyebabkan perpecahan ini timbul.”
 
Breen mengatakan baik partai berkuasa maupun oposisi di Korea mencoba untuk mengambil keuntungan dari situasi ini.

“Presiden tidak berperan dengan baik sebagai pemimpin nasional dan dia diserangan sejak awal. Dan oposisi menggunakan kesempatan ini. Tragedi nasional ini sudah berubah menjadi pertarungan politik.”

Lee Jeong-chul yang kehilangan putranya, mengaku kecewa atas penolakan yang dialamimya dan keluarga korban Sewol lainnya. Dia juga mengaku tidak puas dengan anggota parlemen.

“Saya ingin partai berkuasa dan oposisi berhenti mengambil keuntungan dari situasi ini. Kecelakaan feri ini tidak seharusnya berubah menjadi pertikaian politik.”

Anggota parlemen Korea Selatan masih berdebat soal rincian dari penyelidikan ulang ini. Mereka mengatakan akan memutuskan nanti apakah keluarga korban Sewol  bisa terlibat dalam investigasi ulang ini atau tidak.


Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending