Bagikan:

Nelayan Tiongkok Kembali Disidang di Palawan

Pemerintah daerah di Filipina beberapa kali menangkap nelayan Tiongkok yang menangkap ikan di wilayah yang diklaim Manila sebagai teritorinya.

INDONESIA

Senin, 20 Okt 2014 15:38 WIB

Nelayan Tiongkok Kembali Disidang di Palawan

Filipina, Tiongkok, nelayan, Laut Cina Selatan, Jason Strother

Chito Villarin menghidupkan mesin kapal ikan kecilnya. Pria berusia 36 tahun ini hidup dari menangkap ikan di perairan Laut Cina Selatan, yang berada di pantai barat Palawan. Ia berharap hari ini bisa membawa pulang hasil tangkapan yang bagus.
 
“Saya menangkap berbagai jenis ikan dan cumi-cumi. Saya membawa kapal saya hingga 20 kilometer ke tengah lautan.”
 
Tapi nelayan Filipina seperyi Villarin bukan-lah satu-satunya yang menangkap ikan di perairan ini.

Nelayan asing kerap ditemukan di laut Palawan dan pemerintah lokal berupaya menghentikan mereka.
 
Saya sedang berada di atas kapal cepat yang dioperasikan Unit Kapal Khusus Kepolisian Nasional Filipina. 

Kapal ini disumbangkan Amerika Serikat kepada polisi untuk membantu memerangi berbagai jenis kejahatan seperti yang dijelaskan kapten unit ini, Osmundo Salito.

“Perdagangan narkotika dan manusia, terorisme, pembajakan, penyelundupan, penangkapan ikan ilegal dan kejahatan lainnya.”
 
Dan jumlahnya meningkat termasuk penangkapan nelayan asing ilegal. 
 
Berlabuh di dermaga, Unit Kapal Khusus ini panjangnya sekitar 30 meter. Polisi maritim menyatakan mereka mengangkut kru kapal yang terdiri dari 11 warga negara Tiongkok dan 5 orang Filipina, yang membantu mereka menangkap penyu yang terancam punah.

Mereka ditemukan di perairan dekat Half Moon Shoal di Laut Cina Selatan, sebuah wilayah di Kepulauan Spratly yang diklaim oleh Filipina dan Tiongkok.
 
Penangkapan mereka pada Mei lalu itu memicu kemarahan Beijing, yang memerintahkan Manila menyerahkan awak dan kapal mereka.
 
Namun pihak berwenang Filipina tetap menahan 9 nelayan tiongkok dewasa. Saat ini mereka sedang diadili dan jika terbukti bersalah, terancam hukuman penjara selama  12 hingga 20 tahun karena melanggar undang-undang spesies yang dilindungi.

Sebelumnya bulan lalu, pengadilan Palawan menyatakan 12 nelayan Tiongkok lainnya bersalah karena menangkap ikan di zona terumbu karang yang dilindungi. Para nelayan ini dijatuhi hukuman penjara selama 6 hingga 12 tahun.
 
Pejabat daerah mengatakan selama sepuluh tahun terakhir, ratusan nelayan Tiongkok telah ditangkap. Dulu, mereka menggunakan kail dan jala untuk menangkap ikan, tapi kini peralatan mereka makin canggih.
 
Alen Rodriguez adalah ketua kejaksaan Palawan.
 
“Mereka sekarang punya GPS atau perangkat sonar. Mereka terlibat perdagangan dengan membeli spesies langka dari orang-orang Filipina.”

Rodriguez mengatakan pihak berwenang tidak secara khusus menargetkan nelayan Tiongkok. Tapi dia mengklaim semua yang ditangkap jelas-jelas melanggar hukum Filipina.
 
“Ada bukti kuat. Jadi kita tidak bisa mengatakan sebaliknya dan melepaskan mereka. Saya yakin mereka akan dihukum.”

Ketegangan terjadi di seluruh Laut Cina Selatan.

Tahun ini, Tiongkok berusaha membangun pengeboran minyak di perairan yang diklaim oleh Vietnam.

Angkatan laut Filipina mengatakan pasukan Tiongkok mencoba memblokir kapal pasokan mereka. Dan baru-baru ini, Washington menyatakan jet tempur Tiongkok menghadang salah satu pesawatnya sendiri di wilayah udara perairan itu.

Beberapa pengamat di Manila mengatakan pelanggaran maritim yang sering dilakukan nelayan Tiongkok juga merupakan contoh dari rencana ekspansi teritori Beijing.
 
Rafael Alunan, bekas Menteri Dalam Negeri Filipina mengklaim para nelayan ini hanya alat militer Tiongkok.
 
”Para nelayan merupakan bagian dari strategi Tiongkok. Mereka menggunakan armada penangkap ikan, nelayan, dan kapal sipil mereka, untuk menangkap ikan, menduduki dan mengklaim suatu wilayah. Mereka menggunakan aset sipil dan nelayan untuk berada di barisan depan. Kami menyatukan semua kekuatan. Kami ingin tunjukan pada Tiongkok kalau mereka terus mengganggu, kami akan membalas. Ini adalah pesan yang kuat. "

Kementerian Luar Negeri Tiongkok menyatakan semua nelayan mereka yang ditangkap pasukan Filipina berada di dalam wilayah kedaulatan Tiongkok.

Di samping masalah keamanan, keberadaan nelayan Tiongkok itu juga mengancam ekonomi  dan lingkungan Palawan, kata Grizelda Anda, direktur Pusat Bantuan Hukum Lingkungan di Puerto Princesa.

Dia mengatakan meski tidak ada angka resmi, mudah untuk membayangkan apa dampak perbuatan para nelayan asing pada ekosistem lokal.

“Jika Anda melihat ratusan penyu dan biota laut lain yang telah mereka kumpulkan, nilainya bisa jutaan. Padahal hewan laut itu berfungsi menjaga keseimbangan. Keberadaan mereka penting untuk memastikan kalau kita masih punya cadangan ikan dan terumbu karang, sebagai rumah bagi ikan dan biota laut lain tidak hancur. Jadi bisa dibayangkan dampak kerusakannya pada kehidupan nelayan Palawan dan tempat lain.”

Anda menambahkan dulu beberapa nelayan asing berusaha menyuap agar bisa bebas dari jeratan hukum, tapi hal itu tidak bisa lagi dilakukan.
 
Sembilan nelayan Tiongkok saat ini sedang diadili. Ketua Kejaksaan Palawan, Alen Rodriguez, mengatakan jika mereka dihukum, satu-satunya cara agar bisa lolos hanyalah meminta pengampunan presiden. Tapi dia mengatakan hal itu tampaknya tidak mungkin terjadi.

“Pada masa Presiden Arroyo, dia mengeluarkan pengampunan untuk beberapa nelayan Tiongkok dan mereka diizinkan pulang ke negaranya. Tapi di bawah pemerintahan Aquino, saya belum pernah mendengar langkah ini diambil.”

Rodriguez berharap sidang vonis bisa dilakukan pada akhir September.

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending