Bagikan:

Melihat Naga Mabuk di Macau

Puluhan naga berukuran setengah meter meliuk-liuk mengikuti tabuhan drum di jalanan Macau selama Festival Naga Mabuk.

INDONESIA

Sabtu, 05 Okt 2013 12:47 WIB

Author

Vitri Angreni

Melihat Naga Mabuk di Macau

Macau, festival naga mabuk, Vitri Angreni

Puluhan naga berukuran setengah meter meliuk-liuk mengikuti tabuhan drum di jalanan Macau selama Festival Naga Mabuk. Tenang, ini adalah naga yang terbuat dari kayu jati atau kamper, dicat hijau dan merah, dan kepalanya dihias tanduk rusa.

Naga-naga ini dibawa sekitar 40an penari pria berkaos putih dengan karakter naga mabuk di dadanya, celana hitam, kaos kaki puth dan sepatu hitam. Mereka juga memakai ikat pinggang, ikat kepala dan ikat lengan yang semuanya berwarna merah.

Selama para penari meliuk-liukan ke atas dan ke bawah naga-naga itu, mereka terus menerus menyemburkan arak beras dan bir yang mereka bawa. Ini juga menyebabkan para penari mabuk ringan saat tampil.

Sebelum mulai menari, para imam Tao yang hadir menuangkan air pada naga-naga kayu itu dan membakar dupa di depan patung naga. Setelah seremoni ini selesai, mulailah para pria yang semuanya anggota Asosiasi Perdagangan Ikan Macau itu mulai beraksi.

Tradisi ini sendiri berasal dari Xiangshan provinsi Guangdong, Cina. Sebuah dokumen resmi di zaman kaisar Ming tahun 1547 menyebut soal festival ini. Tapi di pertengahan abad 19, ratusan orang Xiangshan pindah ke Macau untuk menghindari perang dan pergolakan tanah air. Sejak 1890, Festival Naga Mabuk diadakan di Macau setiap tahun sampai sekarang. Tapi festival ini sempat terhenti saat Perang Dunia II dan selama Revolusi Kebudayaan (1966-1976 ).

Asal usul festival itu menyebutkan para penduduk di sebuah distrik di Cina selatan diserang wabah yang mengerikan. Pada hari ulang tahun Buddha, sekelompok penduduk membawa patung Buddha melintasi sungai dalam misi mencari obat. Tiba-tiba, seekor ular raksasa melompat keluar dari sungai. Semua orang lari ketakutan kecuali seorang bhiksu, yang memotong ular itu menjadi tiga bagian dengan tangan kosong. Darah reptil itu lalu bercampur dengan air sungai. Ketika orang-orang kemudian minum air sungai, mereka secara ajaib selamat dari wabah. Para penduduk kemudian menganggap kalau ular itu adalah penjelmaan naga.

Selama festival, panitia acara juga membagikan makanan seperti bacang yang berisi nasi dan dibungkus daun kepada ribuan penduduk setempat. Makanan ini dipercaya akan memberikan penduduk kesehatan yang baik, panjang umur dan keberuntungan.

Pada Mei 2011, Departemen Kebudayaan di Beijing memasukan tarian naga mabuk ini ini dalam Daftar Warisan Budaya Bukan Benda Nasional.




(Sumber : .macaomagazine.net)



Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending