Hedayat Alla Mujadedi adalah pemilik toko yang berusia 33 tahun.
Ia lebih suka situasi politik saat ini dibandingkan saat negeri itu diperintah Taliban atau porak poranda akibat perang sipil.
Tapi ia juga khawatir dengan masa depan Afghanistan setelah pemilu tahun depan.
“Presiden Karzai itu orang yang moderat dan bisa menyatukan hampir semua suku. Tapi saya tidak tahu...apakah presiden berikutnya bisa melakukan hal yang sama atau tidak. Beberapa calon presiden punya kekuasan dan uang, sementara calon lain merupakan penjahat perang atau terlibat dalam perang sipil. Dan pasukan asing akan ditarik dari Afghanistan tahun depan. Ini akan berpengaruh pada situasi di negeri ini.”
Pemilihan presiden akan berlangsung tahun depan.
Ini akan menjadi pemilu independen pertama yang dilakukan Afghanistan tanpa bantuan langsung dari pihak asing.
Dan sudah ada 27 kandidat yang terdaftar – ada dari penguasa masa lalu, ada yang masih berkuasa, panglima perang dengan rekam jejak yang buruk, teknokrat dan beberapa orang lain asing dari dunia politik.
Di antara kandidat yang terkenal adalah bekas Menteri Luar Negeri, Abdullah Abdullah.
Ia dekat dengan komandan gerilya legandaris Ahmad Shah Masood, yang tewas tahun 2001.
Ia maju bersama pasangannya, insinyur Muhammad Khan.
“Kami punya rencana yang efektif untuk membangun negeri ini - dalam sektor kesehatan, pendidikan, hubungan luar negeri dan lain-lain. Kami juga akan fokus memerangi korupsi dan pengacau keamanan. Saya yakin bila pelaku korupsi dihukum, maka korupsi akan hilang.”
Kandidat lainnya adalah pemimpin Jihad Rasoul Sayaf.
Sejumlah investigasi, termasuk oleh Human Rights Watch, menuduh dia sebagai orang yang bertanggung jawab atas kejahatan perang di awal 1990an.
Ia pun berjanji akan melayani rakyat.
“Kami ingin mengabdi pada negeri ini dan menyatukan berbagai suku. Saya tidak mengatakan sayalah yang terbaik, tapi ini adalah hak saya untuk bekerja bagi rakyat negeri ini dan meminta dukungan mereka. Kami ingin menghentikan kesedihan lantaran banyak orang kehilangan ayah mereka di negeri ini. Saya berharap rakyat akan memilih saya. Dan saya akan melayani rakyat dan menciptakan keamanan di negeri ini.”
Jandad Spinghar dari organisasi pemantau pemilu, Yayasan Pemilu Bebas dan Adil Afghanistan, mengtakan mereka akan terus memantau proses pemilu.
“Jika pemilu dilaksanakan dengan baik dan transparan maka masyarakat akan menghormati hasilnya. Pemerintah bisa bekerja memecahkan berbagai masalah saat ini. Tapi kalau tidak, maka pemilu ini akan berujung pada krisis besar. Kami mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam pemilu nanti dan ikut bertanggung jawab akan masa depan negeri ini.”
Saya sedang berada di depan Universitas Kabul.
Sewaktu Taliban berkuasa 14 tahun lalu, anak perempuan tidak boleh sekolah.
Tapi dengan dukungan masyarakat internasional, menurut Kementerian Pendidikan ada 4 juta anak perempuan saat ini sudah mendapatkan pendidikan.
Dina Muhibi yang berusia 23 tahun adalah salah satunya. Kini di belajar Sastra Persia di universitas.
“Sekarang anak perempuan bisa sekolah atau kuliah serta bekerja di luar rumah. Tapi dulu situasinya sangat berbeda. Kami berharap presiden yang akan datang bisa mempertahankan atau bahkan meningkatnya kondisi saat ini, bukan memperburuk situasi.”