Bagikan:

Kampung Halaman Malala Menerima Kegagalannya Meraih Nobel

Kampung halaman Malala menerima kegagalannya meraih Nobel

INDONESIA

Senin, 21 Okt 2013 18:04 WIB

Author

Mudassar Shah

Kampung Halaman Malala Menerima Kegagalannya Meraih Nobel

Pakistan, Malala Yousafzai, Hadiah Nobel, I Am Malala, Mudassar Shah

Meski jadi kandidat terkuat pemenang Nobel Perdamaian, namun Malala Yousafzai tidak memenangkan perhargaan bergengsi tersebut.

Malala dinominasikan atas perjuangannya mengkampanyekan pendidikan bagi anak perempuan. Dan ia pun ditembak Taliban karena ini.

Ini adalah sekolah Malala - Sekolah Negeri Khushal di Mingora.

Hari ini sekolah nampak lenggang.

Staf sekolah dan polisi tidak mengijinkan siapapun masuk karena alasan keamanan.

Sepupu Malala, Mehmood Ul Hassan bekerja sebagai staf administrasi sekolah di bagian anak laki-laki.

Dia sudah mendengar kabar kalau Malala gagal mendapatkan Nobel Perdamaian.

“Bagi kami, Malala bisa berbicara, melihat, membaca dan kembali memperjuangkan misinya lebih penting ketimbang Nobel Perdamaian.”

Kata dia, dia lah orang yang paling dekat dengan Malala di keluarga.

“Tentu saja ada kesulitan, masalah dan problem yang Malala lewati untuk bisa mencapai posisinya sekaran ini. Ada sebagian orang yang mengagumi jerih payah dan misinya dan ada juga orang-orang yang berpikiran buruk,  tidak menghargai usahanya dan malah menyalahkannya. Setiap orang memiliki hak dan kebebasan untuk melakukan dan mengatakan semau mereka. Dan kita tidak bisa melarang mereka.”

Amjad Ali sang kepala sekolah mengaku kecewa atas kegagalan Malala meraih penghargaan Nobel tersebut.

“Pengorbanan yang Malala lakukan lebih dari apa yang orang lain berikan. Dia menerima begitu banyak ancaman tapi dia tidak gentar sedikit pun dan tetap memperjuangkan misinya menyuarakan pendidikan bagi anak-anak perempuan. Karena aksinya, dia ditembak dikepalanya. Saya sangat sedih ketika mengetahui Malala gagal mendapatkan Nobel Perdamaian.Tapi sebagai seorang guru, saya bisa katakan bahwa tidak ada penghargaan yang bisa menandingi misi dan keberaniannya.”

Malala menjadi sorotan dunia internasional setelah menulis tentang pengalamannya dengan nama samaran Gul Makai di dunia maya.

Tahun lalu, ia ditembak Taliban atas aksinya mengkampanyekan pendidikan bagi anak perempuan.

Taliban telah menghancurkan 400 bangunan dari 1500 sekolah di lembah Swat – kebanyakan adalah sekolah untuk anak perempuan.

Malala telah memenangkan berbagai perhargaan baik dari dalam dan luar negeri atas usahanya tapi tidak semua warga kampungnya senang.

Sapna Gul adalah seorang pelajar SMU yang letak sekolahnya tidak jauh dari sekolah Malala di lembah Swat.

“Saya tahu tentang buku harian yang dia tulis dan wawancaranya dengan media, dan saya hargai itu semua. Tapi Nobel Perdamaian adalah penghargaan besar dan menurut saya, seseorang yang hanya menulis beberapa lembar halaman atau beberapa wawancara tidak dapat memenang perhargaan tersebut.”

Sekarang Malala tinggal di Inggris.

Belum lama ini dia meluncurkan bukunya yang berjudul “I am Malala” atau “Nama Saya Malala”.

Buku itu menceritakan perjuangannya mengkampanyekan pendidikan bagi anak perempuan dan bagaimana dia bisa selamat dari upaya pembunuhan yang dilakukan Taliban.

Di berbagai belahan dunia, buku tersebut laku keras … tapi tidak di kampung halamannya.

Sajjad Khan adalah pemilik toko buku terbesar di Mingora.

“Taliban mengancam siapapun yang menjual bukunya Malala akan menerima akibatnya. Maka dari itu saya tidak bisa menjual buku tersebut. Taliban sangat kuat. Mereka bisa melakukan apapun yang mereka mau dan saya tidak mau mengambil resiko. Itu adalah satu-satunya buku yang dilarang oleh Taliban.”

Tapi banyak yang penasaran dengan buku tersebut… salah satunya Yassar Sharief. Dia berasal dari lembah Swat namun sekarang dia tinggal di Dubai.

Dia telah pergi ke semua toko buku di lembah Swat tapi dia belum berhasil menemukan buku itu.

“Dia membuat lembah Swat dan Pakistan menjadi dikenal banyak orang. Dia juga menjadi tokoh penting di dunia pendidikan.”

Banyak warga lembah Swat yang masih takut membicarakan nama Malala  dan usahanya untuk pendidikan di muka umum.

Tapi seorang mahasiswa bernama Hassan Khan secara terbuka menyatakan kekagumannya

“Malala telah membuktikan keberaniannya saat melawan kelompok militant di situasi yang kelam. Dia berhak atas penghargaan itu tapi saya tidak kecewa dia gagal mendapatnya. Memenangkan Nobel Perdamaian bisa saja menghentikan usahanya dalam memperjuangkan pendidikan bagi perempuan di Pakistan. Sekarang dia harus bekerja lebih keras lagi untuk memperjuangkan pendidikan bagi kita semua tidak hanya perempuan saja. Saya yakin di masa mendatang, dia akan mendapatkan Nobel Perdamaian atas perjuangannya.”


Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending