Lima pria Afghanistan belum lama ini dihukum mati, menyusul pemerkosaan beramai-ramai yang memicu kemarahan masyarakat di seluruh negeri.
Para pria ini terbukti bersalah menyerang empat perempuan yang baru kembali ke Kabul pada Agustus lalu.
Dua pria lainnya dijatuhi hukuman penjara 20 tahun di pengadilan banding pekan ini.
Di pengadilan, jaksa menjabarkan bagaimana ketujuh pria ini menculik sebuah keluarga yang dalam perjalanan pulang setelah mengunjungi tempat liburan populer dekat Kabul.
Mereka lalu memperkosa empat perempuan dalam mobil, memukuli para pria dan anak-anak dan mencuri semua barang berharga mereka.
Ketujuh pria itu mengakui perbuatannya dalam sidang.
Saat disidang, wajah pelaku tampak lebam dan salah seorang pria tangannya digips. Di dalam persidangan, Aziz mengaku hanya merampok, tidak ikut memperkosa.
“Teman saya Maywan yang melarikan diri, mengundang saya ke rumahnya. Saat kami berjalan, dia meminta saya ikut dengannya merampok. Saya katakan padanya saya tidak mau karena saya baru keluar dari penjara tapi dia tetap memaksa saya.”
Para korban pemerkosaan dibolehkan bertemu dengan para terdakwa baik di secara tidak langsung maupun secara pribadi.
Persidangan hanya berlangsung selama dua jam dan disiarkan di televisi.
Di luar pengadilan, ribuan orang berkumpul.
Atlit tae kwon do berprestasi Nisar Ahmad Bahawee turut hadir di sana.
“Kami punya satu tuntutan yaitu para pria yang telah memperkosa para perempuan dan mempermalukan Afghanistan ini harus dieksekusi.”
Sebelum pengadilan menjatuhkan vonis, Presiden Afghanistan Hamid Karzai menyatakan mendukung vonis hukuman mati pada kasus ini.
“Saya mendapat informasi kalau beberapa perampok tidak menghormati beberapa saudara perempuan kita. Bagi saya pribadi, kasus ini sangat serius. Biasanya saya menentang hukuman mati tapi bagi para pelaku ini, saya menghimbau agar dijatuhi hukuman mati dan harus segera dilaksanakan.”
Beberapa orang yang berkumpul di luar pengadilan meminta para pemerkosa itu digantung di depan umum.
Terakhir kali hukum gantung di depan umum dilakukan di Stadion Nasional saat Taliban berkuasa.
Beberapa aktivis HAM asing mengaku prihatin soal singkatnya waktu persidangan.
Di Twitter, Patricia Gossman, peneliti senior dari Human Rights Watch menulis: “Kejahatan keji tidak berarti mengabaikan hak atas proses hukum. Di mana aturan hukum?”
Tapi sebagian besar advokat hak warga sipil Afghanistan berada di sini untuk mendukung eksekusi segera dilaksanakan.
Fatima Kohistani dari kelompok pegiat hak perempuan Afghanistan.
“Fakta kalau pemerkosaan terjadi di tempat liburan yang terbuka sangat mengejutkan. Pemerkosaan juga terjadi di depan anggota keluarga pria. Masyarakat bereaksi karena sudah muak dengan sistem pengadilan korup dan lamban bila terkait kasuspemerkosaan. Kami kesal dengan situasi ini, itu sebabnya kasus ini menimbulkan kemarahan.”
Kejahatan terhadap perempuan kerap terjadi dalam masyarakat konsevatif Afghanistan tapi sebagian besar terjadi di dalam rumah.
Tapi pemerkosaan beramai-ramia yang dilakukan pria bersenjata jarang terjadi di Kabul dan ini telah memicu kecemasan seiring perginya pasukan asing dari negeri itu.
Pemerkosaan Beramai-ramai di Afghanistan Memicu Kemarahan Masyarakat Secara Nasional
Lima pria Afghanistan belum lama ini dihukum mati, menyusul pemerkosaan beramai-ramai yang memicu kemarahan masyarakat di seluruh negeri.

INDONESIA
Senin, 22 Sep 2014 13:51 WIB

Afghanistan, pemerkosaan, hak perempuan, konservatif, Ghayor Waziri
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai